Perdana Menteri Inggris Tony Blair membela mantan Menteri Luar Negerinya, Jack Straw yang melontarkan kritik terhadap Muslimah yang mengenakan cadar di depan umum. Menurutnya, masalah ini perlu diangkat ke permukaan dan didiskusikan untuk menghilangkan penghalang antara masyarakat dengan kebudayaan serta agama yang berbeda-beda.
"Apa yang Jack Straw katakan sangat pantas. Saya melihat tidak ada yang salah dengan perkataannya dan saya pikir hal itu sangat sehat jika anda melontarkannya dengan penuh perhitungan dan pertimbangan agar publik bisa mendiskusikannya," kata Blair.
Seperti diberitakan sebelumnya, Straw yang kini menjadi ketua majelis rendah meminta Muslimah yang mengenakan cadar, memperlihatkan wajahnya saat datang meminta bantuan ke kantor daerah pemilihannya di Blackburn, sebelah barat laut Inggris.
Permintaan Straw itu dituangkan dalam tulisannya di sebuah kolom di surat kabar. Ia kemudian menyatakan bahwa dirinya lebih senang jika para Muslimah tidak mengenakan hijab sama sekali.
Pernyataan Straw itu memicu kecaman bukan hanya dari warga Muslim dan aktivis hak asasi manusia, tapi juga dari sejumlah menteri kabinet meskipun sebagian menteri lainnya mendukung pernyataan Straw.
Aktivis hak asasi Muslim mengingatkan, pernyataan Straw itu bisa menjadi awal bagi kemungkinan munculnya larangan berhijab di sekolah-sekolah dan institusi negara, seperti yang terjadi di Perancis.
Meski mendukung pernyataan Straw, disisi lain Blair mengatakan bahwa para Muslimah bebas untuk mengenakan apa yang ingin mereka kenakan. Blair terkesan menghindar ketika ditanya apakah ia juga akan meminta para Muslimah melepaskan cadarnya.
"Saya pikir, pada akhirnya kembali pada diri mereka untuk memilih apa yang ingin mereka lakukan," ujar Blair.
"Tetapi menurut saya, mengapa Jack mengangkat masalah ini, karena ada persoalan-persoalan yang sangat dirasakan masyarakat. Bagaimana kita meyakinkan bahwa seseorang tidak sedang berusaha memisahkan diri mereka dari kondisi masyarakat yang ada sekarang," sambungnya.
Blair menambahkan,"Ini sebuah perdebatan yang sulit dan rumit untuk kita masuki seperti yang kita lihat dalam beberapa hari ini. Tapi sebenarnya, saya pikir ia (Straw) melontarkan ini semua dengan penuh perhitungan dan pikiran yang sehat."
Para pemuka Muslim di Inggris menyatakan, pernyataan Straw dan para pendukungnya yang mengatakan cadar menghambat integrasi, tidak punya dasar yang kuat. Menurut mereka, pemerintah seharusnya merespon masalah-masalah seperti pengangguran dan pendidikan yang rendah, yang membuat warga Muslim terkucil dan terkesan warga Muslim sengaja di giring ke dalam satu ‘perkampungan’ untuk warga minoritas.
Sebuah studi yang didanai pemerintah pada Mei lalu hasilnya menunjukkan bahwa warga minoritas Muslim di Inggris, yang jumlahnya mencapai 1,8 juta jiwa, menghadapai kondisi akut karena banyak hak-hak mereka yang diabaikan.
Hasil studi yang dilakukan oleh para peneliti dari universitas di Birmingham, Derby, Oxford dan Warwick menunjukkan bahwa 14 persen warga Muslim dengan usia di atas 25 tahun, tidak memiliki pekerjaan. Angka ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan tingkat pengangguran nasional yang hanya 4 persen.
Sebuah komisi yang bertugas mengkaji prospek warga Muslim di Inggris juga menemukan fakta bahwa warga Muslim memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan rawan terserang penyakit-penyakit menahun. (ln/iol)