Seorang Muslim Kenya telah terbunuh dan lebih dari 100 orang ditangkap setelah polisi sekuler Kenya menyerbu sebuah masjid di Mombasa atas dugaan radikalisasi jamaah , memicu kemarahan umat Islam atas tragedi berdarah yang belum pernah terjadi sebelumnya di negeri itu.
” Mereka menyerang masjid kami , tapi mereka tidak akan mampu membunuh semangat kami , ” seorang pemuda berteriak dari balik dinding di kompleks masjid , Reuters melaporkan pada hari Minggu, 2 Februari.
Pada hari Minggu , polisi Kenya menyerbu Masjid Musa di Mombasa sebagai bagian dari perang atas radikalisasi Muslim di negara Afrika timur .
Serangan bersenjata pihak kepolisian dengan alasan hanya karena bendera Al – Shabab telah dikibarkan oleh beberapa jamaah di masjid tersebut .
Serangan itu menyusul adanya laporan kepolisian sebelumnya yang mengklaim bahwa masjid Musa sedang dieksploitasi untuk radikalisasi dan merekrut pemuda Muslim untuk kelompok Al – Shabab .
” Kami menemukan mereka terlibat dalam radikalisasi dan pelatihan pemuda , ” kata Robert Kitur , kepala polisi setempat .
Pendudukan Masjid oleh pasukan polisi telah memicu kemarahan di kalangan umat Islam yang turun ke jalan-jalan sekitarnya untuk memprotes serangan itu .
Menindas gerakan protes masyarakat , pihak polisi menembakkan peluru gas dan tajam untuk membubarkan kerumunan yang melemparkan batu kembali kepada pihak keamanan.
” Mereka berubah menjadi kekerasan dan menyerang petugas kami tapi kami telah berhasil menangkap lebih dari 100 orang yang akan diadili besok , ” kata kepala polisi setempat mengatakan kepada Agence France Presse ( AFP ) .
Sementara itu, saksi mata mengatakan bahwa polisi menembak dan menewaskan satu orang di massa demonstan yang lakukan protes di luar Masjid Musa di mana banyak orang berteriak Allahu Akbar , Menurut Al – Jazeera .
Bentrokan juga telah meninggalkan dua petugas polisi dengan luka serius , menurut kepala polisi setempat .
Tergerak oleh tindakan keras hari Minggu pada Masjid Musa , aktivis HAM Kenya telah mengutuk serangan kepolisian yang gagal untuk menghindari pertumpahan darah .
Khalid Hussein , direktur eksekutif Haki Afrika , sebuah kelompok hak asasi yang berbasis di Mombasa mengatakan bahwa tidak ada keperluannya untuk lakukan kekerasan ” berlebihan ” terhadap jamaah Muslim .
Selain itu, ia secara tegas mengecam letusan kekerasan di dalam rumah beribadah oleh pasukan keamanan .
Namun , pejabat keamanan bersikeras bahwa masjid Musa adalah zona ekstremisme potensial.
” Ini bukan hari biasa untuk sholat , ” kata Henry Ondieki , kepolisian bidang investigasi kriminal .
” Tujuan mereka jelas : mereka berencana untuk merekrut dan menyerang warga sipil tak berdosa di Kenya . ”
Muslim Kenya telah merasakan pembatasan hak-hak mereka menyusul serangan mal Wetgate di mana lebih dari 60 orang tewas yang diklaim oleh kelompok militan Al Shabaab Somalia .
Serangan terhadap mall pun dikutuk oleh dewan Agung Muslim Kenya , yang menegaskan dukungannya terhadap keamanan dan organ-organ pemerintah selama masa sulit ini.
Muslim Kenya juga telah mengorganisir kampanye untuk menyumbangkan darah sebagai solidaritas atas korban di mal Westgate .
Namun , sebagai reaksi anti -Muslim yang pertama setelah serangan Westgate mall , seorang pria Nasrani bersenjata di Kenya telah menembak mati empat Muslim termasuk seorang ulama Muslim yang populer di kota pelabuhan Mombasa .
November lalu , kelompok hak asasi manusia Amerika dan Kenya telah merilis sebuah laporan yang menuduh petugas kontra-terorisme Kenya melaksanakan pembunuhan ekstra-yudisial , pelanggaran dan penyiksaan bagi umat Islam di negara Afrika timur di bawah alasan tuduhan menjadi anggota kelompok al- Shabaab . (OI.net/KH)