Damaskus Pasukan pemberontak Suriah mengkritik pembelotan petinggi militer Manaf Tlass dan ayahnya ke luar negeri. Mereka diberi waktu pada akhir Juli ini untuk menjelaskan alasan pembelotannya atau menghadapi resiko pembunuhan.
“Kita tidak menganggap keberangkatan Mustafa Tlass dan anaknya Jenderal Manaf, sebagai pembelotan melainkan sebuah taktik internasional,” ujar pimimpin Free Syrian Army (FSA) seperti diberitakan AFP, Sabtu (14/7/2012).
“Kedua Tlasses harus jujur untuk memberitahu orang-orang Suriah di mana mereka sebelum (meninggalkan negeri) dan apa peran mereka sejak awal revolusi,” kata pimpinan FSA.
Mustafa Tlass (80) saat ini tinggal di Paris, mengikuti pertumpahan darah yang telah berlangsung selama 16 bulan terakhir di Suriah yang telah menewaskan sekitar 17.000 warga.
Sementara itu, salah seorang Jenderal di Garda Republik elit, Manaf Tlass mengumumkan pembelotannya awal bulan ini, yang disebut Washington dan Paris sebagai kemunduran serius bagi rezim Damaskus.
FSA mendesak semua petinggi rezim, sipil dan militer untuk membelot segera pada akhir Juli ini. “Kalau tidak, mereka akan menjadi sasaran langsung pembunuhan,” kata para pemberontak. (rzl/detik)