Berita-berita di balik tragedi pembunuhan Benazir Bhutto terus berseliweran. Mantan perdana menteri Pakistan kabarnya pernah melontarkan pernyataan, jika ia terbunuh maka yang bertanggung jawab adalah Pervez Musharraf, presiden Pakistan saat ini.
Dalam laporan CNN, Kamis (27/12) disebutkan bahwa Bhutto menyampaikan pesan itu sebulan sebelum ia terbunuh, pada juru bicara pemerintahan AS yang juga teman lama Bhutto, Mark Siegel.
Dalam email yang dikirim Bhutto pada Siegel, ia mengatakan bahwa Musharraf menolak permintaannya untuk memberikan pengamanan yang lebih ketat setelah percobaan pembunuhan yang gagal terhadap dirinya pada bulan Oktober lalu.
"Saya sudah dibuat untuk merasa tidak aman oleh orang-orang yang pro-Musharaf. Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi, " tulis Bhutto dalam emailnya.
Sementara itu, pengamat politik di Pakistan skeptis dengan pelaksanaan pemilu di Pakistan yang rencananya akan digelar 8 Januari mendatang, setelah insiden pembunuhan yang menimpa
Bhutto. Mereka mengatakan, melihat situasi yang terjadi saat ini, di mana terjadi kekacauan dan kerusuhan pascapembunuhan Bhutto, mengisyaratkan bahwa pemilu tidak mungkin dilaksanakan 8 Januari nanti.
"Siapa yang mau datang ke tempat pemungutan suara dalam kondisi seperti sekarang ini, " kata Jabbar Khattack, analis politik yang berdomisili di Karachi.
Para analis politik di Pakistan meyakini, jika pemilu dipaksakan dilaksanakan tepat waktu, akan membahayakan Musharraf yang kemungkinan akan mengalami kekalahan karena telah kehilangan legitimasi dan kredibiltas di mata rakyat Pakistan.
"Kenyataannya, Musharraf sudah kalah. Dia kini menuai banyak kecaman, " kata Irfan Siddiqui, analis politik dari Islamabad. Polling-polling yang dilakukan belakangan ini menunjukkan, mayoritas responden menentang Musharraf. (ln/presstv/iol)