Pertukaran tawanan antara Israel dan Hizbullah yang berlangsung Rabu (16/7) merupakan kemenangan besar bagi Hizbullah setelah perang 34 hari melawan Israel pada tahun 2006 lalu. Hizbullah dan para pendukungnya mengungkapkan kegembiraan dan sukacitanya menyambut para tawanan yang telah dibebaskan Israel. Berbeda dengan situasi di Israel yang menyambut tawanannya dengan dukacita dan susana berkabung.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah melakukan penyambutan langsung kelima tawanan Libanon yang dibebaskan Israel, dalam acara penyambutan di selatan kota Beirut. Puluhan ribu pendukung Hizbullah datang dengan membawa bendera Hizbullah yang berwarna kuning dan hijau, merayakan "kemenangan" mereka.
Dalam pidatonya, Hassan Nasrallah mengatakan, "Orang-orang ini, bangsa ini dan negara ini, telah memberikan gambaran yang jelas pada dunia… kita tidak bisa dikalahkan."
"Inilah caranya untuk meraih kemenangan, inilah caranya untuk membebaskan para tawanan, " tukas Nasrallah yang memberi nama pertukaran tawanan itu dengan nama "Operasi Radwan" sebagai penghormatan terhadap Imad Moughniyah yang juga dikenal sebagai "Haji Radwan." Moughniyah adalah salah seorang komandan Hizbullah yang dibunuh di Suriah pada bulan Februari lalu. Israel dicurigai berada di balik pembunuhan itu.
Pada kesempatan itu ia juga menyerukan negara-negara Arab dan dunia Islam, bahwa masih ada 11.000 warga Palestina yang berada di penjara-penjara Israel dan ini adalah tanggung jawab dunia Aran untuk membebaskan mereka.
Samir Kuntar, salah seorang tawanan yang bebas juga memberikan pidatonya. Ia mengungkapkan rasa syukur pada Allah Yang Maha Besar atas apa yang telah terjadi hari itu, atas kemenangan yang mereka raih. "Saya berjanji pada kalian semua dan pada saudara-saudara saya di Palestina, bahwa saya dan rekan-rekan saya dalam perjuangan Islam akan kembali, " kata Kuntar.
Kuntar dan empat tawanan lain yang dibebaskan Israel, diserahkan ke Komite Palang Merah Internasional di perbatasan Naqoura, Libanon Selatan hari Rabu kemarin. Mereka kemudian dibawa ke Beirut dengan menggunakan helikopter militer dan diterima oleh presiden, perdana menteri dan sejumlah pejabat Libanon.
"Kepulangan Anda ada kemenangan baru dan masa depan Anda akan bersinar hanya jika kita bisa mempertahankan kedaulatan negara ini dan kemerdekaan rakyatnya, " kata Michael Suleiman, presiden Libanon di bandara.
Situasi di Israel
Situasi berberda terjadi di Israel. Kesedihan menggantung di wajah para pejabat Israel dan keluarga, saat mereka menerima dua peti mati berisi jenazah Ehud Goldwasser dan Eldad Regev, dua prajurit Israel yang tertangkap pejuang Hizbullah diperbatasan, yang kemudian memicu perang 34 hari antara Israel-Hizbullah.
"Berat buat saya melihat peti mati diturunkan. Saya meminta mereka untuk mematikan televisi, " kata ayah Regev yang menyaksikan pertukaran tawanan itu lewat televisi.
"Saya selalu berharap Eldan dan Udi kembali ke rumah dalam kondisi hidup sehingga kami bisa memeluk mereka, " sambungnya.
Sejumlah pengamat mengatakan pertukaran tawanan dengan Hizbullah adalah peristiwa yang paling sulit dan paling membuat Israel menderita.
"Hari ini, di Israel, kita melihat harga yang harus kita bayar di negeri ini untuk mempertahankan perbatasan-perbatasan, " kata Miri Eisin, mantan penasehat PM Israel Ehud Olmert.
Sementara jurnalis dan pengamat Timur Tengah Robert Fisk mengatakan, pertukaran tawanan ini merupakan final dari perang tahun 2006. "Israel sudah jelas kalah perang, mereka tidak mendapatkan para tawanan mereka kembali, bahkan sampai sekarang dan mereka mendapatkan prajurit mereka dikembalikan dengan kondisi sudah tewas, " ujar Fisk.
Ia melanjutkan, "Maka, seribu warga sipil Libanon dan lebih dari 160 orang Israel-kebanyakan prajurit Israel-semuanya tewas untuk sesuatu yang sia-sia. Pertukaran tawanan hari ini menjadi bukti."
Selain membebaskan lima tawanan asal Libanon, dalam pertukaran kemarin, Israel juga menyerahkan sekitar 200 peti mati berisi jenazah warga Libanon dan Palestina yang tewas di tangan rezim Zionis. (ln/aljz/iol)