Sembilan negara Arab melakukan pendekatan dengan para pemimpin Kristen Engavelis Amerika Serikat. Mereka melakukan pertemuan tertutup pada Senin (2/7) kemarin selama hampir dua jam.
Pertemuan yang sebenarnya bersifat rahasia itu diungkap oleh harian Washington Times edisi Rabu (11/7), mengutip keterangan dari sejumlah sumber dari kalangan Evangelis antara lain, Wakil Presiden National Association of Evangelicals (NAE) Richard Cizik yang ikut dalam pertemuan tersebut. Juga oleh tokoh Evengelis Pantekosta Benny Hinn asal Jaffa, Israel yang melakukan kampanye "perang melawan kebatilan" di Yordania dan Dubai, Uni Emirat Arab.
"Pertemuan itu menunjukkan adanya perubahan dari sebuah generasi, dan setiap orang mengetahuinya. Pembicaraan melintasi batas-batas keagamaan, " kata Cizik.
Pertemuan dilakukan dilakukan di kedutaan besar Mesir di Washington, dihadiri oleh duta besar Maroko, Aljzair, Libya, Kuwait, Yaman, Irak, Bahrain, Yordania dan Mesir yang merangkap sebagai wakil dari Liga Arab.
Sedangkan para pemuka agama Evangelis yang hadir antara lain, Pendeta Jonathan Falwell, anak dari mendiang Pendeta Jerry Falwell dan Pastor dari Thomas Road Baptist Church di Lynchburg, Gordon Robertson, anak dari televangelis Pat Robertson dan Paul Crouch Jr, anak dari Paul Crouch, pendiri Trinity Broadcasting Network..
Seperti diketahui, kalangan Kristen Evangelis di AS memiliki pengaruh yang besar dalam peta perpolitikan di negeri itu, utamanya sejak George W. Bush yang juga penganut Evangelis menjadi presiden. Kalangan Evangelis memang menganut keyakinan bahwa nilai-nilai Kristen yang konservatif harus diberi tempat dalam politik-dan mereka mendukung para politisi yang sepakat dengan keyakinan mereka. Kalangan Evangelis di AS selama ini juga menjadi pendukung setia Israel.
Soal dukungan terhadap Israel yang kadang "buta" itulah yang menjadi pokok pembahasan dalam pertemuan antara negara-negara Arab dan kelompok Evangelis AS pekan kemarin. Negara-negara Arab berharap mereka kalangan Evangelis Amerika bersikap seimbang dalam masalah Israel.
"Salah seorang duta besar mengatakan bahwa umat Kristen AS cenderung selalu menyenangkan Israel dalam segala situasi, bahkan ketika Israel melakukan tindakan yang salah, " tulis Pendeta Jonathan Falwell dalam sebuah kolom di situs WorldNetDaily pekan kemarin.
Dalam pertemuan kemarin, kata Falwell, Duta Besar Mesir Nabil Fahmy menyerukan agar dibangun sebuah hubungan antara kedua belah pihak. "Dia terus menekankan bahwa kita harus bicara dengan jujur dan terbuka tentang apa saja yang diperlukan untuk menjembatani Islam dan umat Kristen Amerika, " ungkapnya.
Sementara itu mantan Direktur Eksekutif Christian Coalition Ralph Reed, dalam pertemuan tersebut menyatakan bahwa dukungan terhadap Israel tidak bisa "dinegosiasikan." "Tapi kami juga akan dengan senang hati membangun hubungan yang lebih positif dengan negara-negara Arab, " tukas Reed.
Pendapat berbeda dilontarkan Joshua Josef, Pastor di Church of the Apostles, Atlanta. Ia menyatakan bahwa pesan-pesan yang disampaikan gereja terkait Israel kadang terlalu dipolitisir.
Pastor Josef-anak dari tokoh Evangelis kelahiran Mesir, Michael Youssef-dalam email yang dikirimnya dari London mengatakan, "Saya agak berbeda dengan saudara-saudara saya yang lain tentang isu Israel. Saya tidak percaya, isu ini yang telah memisahkan kita. "
Para tokoh Evangelis Amerika selama ini meyakini para penganut Evangelis punya tanggung jawab moral dan tanggung jawab yang disebutkan dalam alkitabnya, bahwa mereka harus mendukung dan melindungi Israel. Mereka menganggap itu adalah "Kebijakan Luar Negeri Tuhan" mereka, karena mereka percaya bahwa Israel adalah katalisator yang penting bagi kebangkitan kedua Yesus Kristus.
Kalangan Evangelis juga memegang teguh kepercayaan bahwa konflik Arab-Israel merupakan pertempuran antara kebaikan dengan kejahatan. (ln/iol)