Menteri-menteri luar negeri dari sejumlah negara-negara yang cukup berpengaruh di PBB, dalam pertemuan di New York Senin (8/5) tengah malam, gagal mencapai kata sepakat tentang strategi terkait dengan masalah Iran.
Menteri Luar Negeri Perancis, Phillipe Douste-Blazy mengatakan, pertemuan yang dimotori oleh AS itu tidak mencapai kata sepakat. "Kami masih mempertimbangkan apa yang akan kami lakukan," katanya pada para wartawan usai pertemuan.
Pernyataan Menlu Perancis itu diperkuat oleh seorang pejabat AS yang tidak mau disebut namanya. Pejabat itu mengatakan, "prospek untuk mencapi kesepakatan dalam minggu secara substansial tidak terlalu bagus."
Namun juru bicara departemen luar negeri AS, Sean McCormack menyatakan pembicaraan bukan hanya soal program nuklir Iran, tapi menyentuh persoalan yang lebih luas termasuk persoalan terorisme dan keamanan regional.
Pertemuan itu dihadiri oleh para Menlu dari Rusia, Inggris, Perancis, Cina, Jerman dan Menlu AS Condoleezza Rice. Ikut hadir dalam pertemuan tersebut, Javier Solana, ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa.
Para menlu yang ikut serta dalam pertemuan itu menolak memberikan pernyataan pada wartawan. McCormack mengatakan, pertemuan akan dilakukan lebih panjang dari yang direncanakan. "Ada indikasi bahwa semua menlu menanggapi isu ini dengan serius," dalihnya.
Pertemuan para menlu yang melibatkan negara-negara kuat itu bisa jadi menemui jalan buntu, karena sebelumnya para pejabat dari Rusia dan Cina tetap bertahan menentang resolusi dewan keamanan PBB yang disponsori oleh AS serta sekutunya Perancis dan Inggris, untuk mendesak Iran agar menghentikan pengayaan uraniumnya.
Pertemuan di New York Senin malam digelar setelah Presiden Iran kabarnya menulis surat pada Bush, mengusulkan ‘cara baru’ untuk menyelesaikan perbedaan pendapat. Namun dengan skeptis para pejabat AS membantah bahwa surat sepanjang 18 halaman itu sebagai bentuk pengalihan isu dari persoalan yang sebenarnya yaitu masalah nuklir Iran. Sejumlah pejabat AS bahkan mengaku tidak tahu menahu tentang surat itu.
Seorang diplomat Eropa yang enggan disebut namanya mengungkapkan, surat presiden Iran itu merupakan ‘taktik lain’ yang sengaja dikirim sebelum rapat di New York dan cukup membuat para pejabat pemerintah AS gugup. (ln/aljz)