Bentrokan pecah antara pasukan jenderal pemberontak, Haftar dengan Mujahidin Islam di kota timur Libya Benghazi pada hari Sabtu, menewaskan sedikitnya 10 orang dari mereka , kata sumber-sumber medis dan militer.
Libya sedang alami kekerasan antar faksi kelompok bersenjata antara faksi Mujahidin Islam dan sekelompok mantan Militer sekuler di bawah rezim Jenderal Haftar.
Di Benghazi, kekuatan pensiunan jenderal Khalifa Haftar hadapi brigade Mujahidin Islam termasuk Ansar al-Sharia.
Pada hari Sabtu, Mujahidin Islam berusaha untuk merebut wilayah Benina, lokasi di mana terdapat bandara sipil dan militer di bawah kendali pasukan Haftar . Mereka telah mengepung beberapa kamp militer pada bulan ini.
Roket Mujahidin menghantam bandara sipil yang telah tidak beroperasi, sumber-sumber militer mengatakan. Setidaknya 10 tentara dari pasukan Haftar tewas dan 25 terluka, petugas medis rumah sakit kepada Reuters.
Negara-negara Barat khawatir Libya akan menjadi negara gagal dan lemah serta tidak bisa mengontrol kelompok bersenjata di negara tersebut.
Pejabat senior dan parlemen negara yang terpilih telah pindah ke timur kota yang terpencil , kota Tobruk. Mereka secara efektif kehilangan kendali atas ibukota Tripoli.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Omar al-Hasi, PM Libya yang tidak diakui secara internasional, mengatakan pemerintahnya ingin memimpin Libya keluar dari krisis dan mencari rekonsiliasi nasional.
“Kami menolak ekstremisme dan terorisme,” katanya. “Saya tidak berdiri bersama dengan kelompok tertentu, partai, tetapi kami berdiri atas nama pemerintah untuk semua warga Libya.” (Arby/Dz)