Tzipi Livni, menteri luar negeri Israel yang baru saja terpilih sebagai ketua umum Partai Kadima yang baru menggantikan Ehud Olmert menolak wacana percepatan pemilu yang dilontarkan Benyamin Netanyahu dari Partai Likud yang akan menjadi rival Livni dalam persaingan perebutan kursi perdana menteri Israel.
Livni menyatakan, ia akan memusatkan perhatiannya terlebih dulu untuk menjaga stabilitas nasional Israel dan pembentukan koalisi baru yang akan membuka jalan baginya menuju ke kursi perdana menteri.
"Saya akan segera melakukan pertemuan dengan para perwakilan faksi-faksi yang ada di pemerintahan untuk segera membentuk koalisi yang mau bersepakat untuk menghadapi tantangan yang akan dihadapi Israel di masa depan, " kata Livni pada para wartawan yang menunggu di depan rumahnya usai perhitungan suara kemarin.
"Dalam level pemerintahan, kita harus melakukan kesepakatan untuk menghadapi ancaman-ancaman yang sulit. Misinya adalah untuk segera menciptakan stabilitas di Israel, " sambung Livni.
Sebelum memulai negosiasi untuk membentuk koalisi baru, Livni akan melakukan pembicaraan khusus dengan dua rivalnya dalam pemilihan ketua partai Kadima kemarin yaitu Shaul Mofaz, Meir Sheetrit dan Avi Dichter. Setelah itu, ia akan melobi Ketua Partai Buruh Ehud Barak dan kelompok-kelompok keagamaan Yahudi yang cukup berpengaruh. Lobi-lobi ini dipekirakan akan memakan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Ehud Olmert dilaporkan langsung mengucapkan selamat lewat telepon pada Livni begitu tahu menterinya itu terpilih sebagai ketua partainya yang baru. Olmert menyatakan akan segera mengumumkan pengunduran dirinya secara resmi sebagai ketua partai Kadima. Meski demikian Olmer masih menjalankan roda pemerintahan Israel sebagai pejabat ‘caretaker’ perdana menteri Israel.
Sementara itu, mengomentari terpilihnya Livni sebagai ketua partai Kadima yang baru, juru runding Palestina Saeb Erekat berharap Livni bisa menciptakan stabilitas di kawasan. Sedangkan Hamas bersikap skeptis dan menilai kebijakan Israel tidak akan berubah terhadap Palestina.
Pertarungan Livni dan Netanyahu
Livni bisa jadi punya alasan sendiri untuk lebih dulu menggalang koalisi baru yang diharapkan bisa memberikan dukungan penuh padanya untuk bertarung memperebutkan kursi perdana menteri Israel, karena ia berhadapan dengan Ketua Partai Likud Benyamin Netanyahu sebagai pesaingnya.
Pertarungan bagi Livni akan berat, karena jika ingin menjadi perdana menteri, koalisi barunya harus memenangkan pemilu parlemen dan saat ini, Partai Likud yang pada pemilu lalu kalah tipis dari Partai Kadima sekarang kembali populer di kalangan publik Israel yang merasa Israel tidak mengalami kemajuan di bawah kepemimpinan PM Ehud Olmert dari Partai Kadima.
Menyusul terpilihnya Livni, Netanyahu bersama partainya yang saat ini memposisikan diri sebagai oposisi di Israel mulai menyuarakan percepatan pemilu dengan alasan pemerintahan yang baru tidak mendapatkan mandat penuh dari rakyat tanpa dukungan Likud.
"Keputusan yang paling demokratis adalah menggelar pemilu. Kita harus memberikan keleluasaan pada rakyat Israel untuk memilih siapa yang akan memimpin mereka dan tidak melepaskan pertanyaan penting itu hanya ke tangan ratusan orang pendukung Kadima, " kata Netanyahu, yang juga pernah menjadi perdana menteri Israel dalam keterangan persnya di Tel Aviv.
Dari pollin-polling yang dilakukan di Israel, Partai Likud pimpinan Netanyahu bisa muncul sebagai pemenang jika dilakukan percepatan pemilu. Jika mengikuti kondisi normal, pemilu di Israel baru akan digelar pada akhir tahun 2010 mendatang.
Sejumlah kalangan di Israel berpendapat Livni harus berjuang keras melakukan lobi dengan faksi-faksi di Israel untuk membentuk koalisi baru agar ia bisa memenuhi tenggat waktu 42 hari untuk membentuk pemerintahan yang diakui parlemen, agar tidak dilakukan percepatan pemilu.
"Dia harus melalui proses negosiasi yang sangat melelahkan, yang bisa saja memaksanya untuk melakukan berbagai tipu daya atau lebih manipulatif yang pernah ia lakukan sebelumnya, " tulis editorial surat kabar Israel Yediot Aharonot sinis.
Tantangan berat juga nampaknya akan dihadapi Livni dari Partai Shah yang berbasis agama di Israel. Ketua Partai Shas Eli Yishai sudah menegaskan persyaratannya jika Livni ingin Shas bergabung dengan koalisinya, yaitu harus memprioritaskan masa depan status Yerusalem bagi Israel dalam negosiasi-negosiasi dengan Palestina.
Selama ini Livni, dibandingkan Shaul Mofaz dan Netanyahu, dikenal bersikap lebih lunak dalam masalah Palestina. Dan isu Yerusalem menjadi isu krusial konflik Israel-Palestina yang sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun. Mampukah Livni menggalang koalisi dan melaju ke kursi perdana menteri Israel, waktu yang akan menjawabnya. (ln/berbagai sumber)