Farzana Samiha (14 tahun) berbicara bahasa Turki dengan lancar dan dia mengetahui tentang negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam tersebut sebagaimana ia mengetahui tanah kelahirannya di Bangladesh. Sekolahnya sangat berterima kasih atas inspirasi yang didapat dari seorang ilmuwan berpengaruh asal Turki – Fethullah Gulen.
"Saya mencintai Turki dan bahasanya banyak digunakan orang," kata Samiha yang ikut berpartisipasi dalam olimpiade Bahasa Turki yang diselenggarakan setiap tahun, kepada Reuters pada hari Ahad kemarin.
Samiha adalah salah satu dari ribuan pelajar di seluruh dunia yang belajar di sekitar 500 sekolah yang terhubungkan dengan ‘persaudaraan’ yang lebih dikenal dengan istilah "Fethullahcilar" atau murid Fethullah, di 115 negara seluruh dunia.
Selama Olimpiade, yang berakhir pekan lalu, ada 700 anak-anak dari seluruh dunia berkompetisi dalam bernyanyi, puisi dan prosa dalam bahasa di Turki.
Hampir semua peserta adalah pelajar sekolah yang telah diatur oleh sebuah jaringan global dari jutaan pengikut seorang Da’i dan juga penulis.
Sekolah tersebut tersebar mulai dari Polandia sampai ke Nigeria dan sering mutunya lebih baik daripada sekolah lokal serta menawarkan banyak beasiswa.
Fethullah Gulen (71 tahun) adalah seorang pemimpin agama internasional yang berbasis dalam gerakan sosial, yang ideologinya digambarkan sebagai versi modernisasi dari Islam Sunni.
Gerakannya mengutuk terorisme, mendukung dialog antar agama dan menekankan peran ilmu pengetahuan dalam kehidupan.
Gulen yang saat ini hidup mengasingkan diri di Pennsylvania telah menulis lebih dari 60 buku dan banyak artikel.
Dia juga menjadi subjek studi para akademisi.
Sebuah konferensi yang diselanggarakn oleh DPR Inggris dengan sponsor dari London School of Economics dan Universitas London, mengkaji tentang dirinya dan gerakan sosial yang ia lakukan.
Tahun lalu, majalah American Foreign Policy menempatkan dirinya pada list teratas dari 20 orang intelektual dunia.
Mengesankan
Banyak orang di Turki terkesan dengan keberhasilan sekolah inspirasi Gulen, bahkan elit-elit sekuler dinegara itu, yang awalnya tidak respek dengan Gulen.
"Tidak adil rasanya jika tidak menuliskan bahwa saya benar-benar terkesan dengan iklim persaudaraan yang dibuat oleh anak-anak yang telah dididik dalam komunitas sekolah Gulen," tulis seorang kolumnis Ahmet Hakan dalam sebuah surat kabar sekuler Hurriyet.
Ajaran Gulen telah menginspirasi jutaan masyarakat Turki untuk meluangkan waktu dan uang mereka untuk aktif dalam kelompok-kelompok dalam bidang penerbitan, amal dan seluruh bidang pendidikan.
Pujian banyak disampaikan ke sekolah-sekolah Gulen karena telah memberikan wajah Islam baru untuk Turki yang telah menjadi negara sekuler sejak tahun 1923.
"Dunia tidak melihat Turki sebagai negara Muslim ataupun negara yang beragama, mereka melihat Turki sebagai jembatan antara timur dan barat," kata guru bahasa Turki Leyla Kayumova yang bekerja di Arizona kepad Reuters.
Namun meskipun ada kekaguman atas keberhasilan Gulen, beberapa tokoh sekuler mencurigai adanya agenda tersembunyi dibalik sekolah-sekolah Gulen.
Gulen sendiri telah lama dicerca dan dicemooh di negaranya sendiri.
Bagi anggota gerakan Gulen, dia adalah seorang pemimpin yang sangat inspirasional mendorong kehidupan yang dipandu oleh prinsip-prinsip Islam moderat.
Bagi pengecamnya, Gulen merupakan ancaman bagi negara Turki sekuler.
Fethullah Gulen juga disebut-sebut sebagai penerus gerakan yang dilakukan oleh seorang tokoh Ulama, Mursyid tarikat, Mujahid Turki bernama Badiuzzaman Said An-Nursi.(fq/iol)