Pernyataan lugas pemimpin Hizbullah, Hassan Nashrallah, untuk tidak membalas serangan Israel yang berupaya membebaskan dua serdadu yang disandera, mendapat tanggapan positif dari sejumlah kalangan. Terlebih Nashrallah menyatakan menyesali terjadinya peperangan yang mengakibatkan banyak jatuh korban dan kerugian materil yang sungguh besar di pihak Libanon.
Pernyataan itu, oleh para pengamat politik Libanon dipandang sebagai pernyataan ideal dari perlawanan Libanon yang “manusiawi dan moralis”.
Dalam sebuah wawancara di New TV Libanon, Nashrallah mengatakan, “Pimpinan Hizbullah tidak menduga satu persenpun bahwa aksi penyanderaan itu akan mengakibatkan peperangan luas seperti ini. Seandainya saya tahu bahwa penyanderaan itu akan membawa hasil seperti ini, maka kami tidak akan melakukan penyanderaan itu, karena sebab manusiawi, moralitas, militer, sosial, keamanan dan politik.”
Nashrullah melanjutkan, “Saya maupun Hizbullah, dan juga para tahanan di penjara Israel bahkan juga keluarga mereka tidak akan menerima hasil seperti ini. Tapi hasil ini memang tidak terlintas dalam pikiran siapapun dari kami di jajaran pimpinan Hizbullah, meskipun jajaran pimpinan Hizbullah memiliki pengalaman panjang.”
“Selama ini, logika perang melawan Israel sejak tahun 1982, sama sekali tidak menunjukkan bahwa respon Israel akan seperti ini. Kami melakukan penyanderaan dua orang serdadu Israel sebelum itu, dan tidak terjadi sekalipun respon militer yang begitu besar seperti ini,” ujar Nashrallah.
Sementara itu, pengamat politik Libanon Ali Amin dalam wawancaranya dengan Islamonline mengatakan, apa yang dikatakan Nashrallah memunculkan dimensi perhatian yang tinggi terhadap rakyat Libanon dan keinginannya untuk menjelaskan situasi yang terjadi pascapenyanderaan dua serdadu Israel hingga mengakibatkan peperangan yang begitu luas. Menurutnya, perkataan Nashrullah itu datang dalam lingkup kasih sayang dan tanggung jawab moril terhadap rakyat Libanon.
“Sebagian orang berupaya menampilkan Nashrallah sebagai sosok tertuduh karena ingin dianggap pahlawan di atas penderitaan rakyat Libanon. Sebenarnya pernyataan Nashrullah itu diarahkan untuk rakyat Libanon, melalui media massa Libanon. Kemanusiaan menjadi alasan utamanya dan untuk meringankan beban psikologis yang dialami rakyat Libanon akibat pembalasan militer Israel,” ujarnya lagi.
Penulis Libanon Mahmud Haidar juga menyatakan pendapat yang hampir sama. Menurutnya, keputusan Nashrallah yang tidak berpikir tentang peperangan jilid dua dengan Israel dan tidak membalas kekejian Israel, adalah bentuk tanggung jawab moril yang dilakukan perlawanan Hizbullah terhadap rakyat Libanon. “Secara terus terang dan tegas, Hizbullah telah memberi contoh yang bersih, yang manusiawi dan moralis dalam masalah ini,” tandas Haidar.
Namun sejumlah media Barat justeru menampilkan pernyataan Nashrallah dengan cara negatif. Islamonline menyebutkan sejumlah media Barat membesar-besarkankan penyesalan Nashrallah karena telah melakukan operasi “Wa’ad Shadiq” yang menculik dua serdadu Israel. Nashrallah juga dituliskan sebagai pimpinan yang keliru menimbang berbagai kemungkinan menghadapi Israel, sehingga mengakibatkan hancurnya Libanon. Media massa Barat sama sekali tidak mengulas kebangkitan semangat perlawanan yang hadir di kalangan rakyat Libanon dan keberhasilan Hizbullah dalam perang 33 hari melawan Israel dengan prestasi yang mengagumkan. (na-str/iol)