Perjudian NATO di Afghanistan

Beberapa pekan lalu, presiden AS menekan NATO untuk bersikap total di Afghanistan. Obama meminta demikian karena ia menilai NATO tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya selama di Afghanistan. Sejauh ini, NATO baru mengirimkan tentaranya sebanyak 5.000 orang, kontras dengan kebijakan Obama yang telah mengepung Afghanistan dengan jumlah tentara yang mencapai 21.000 orang.

Rencananya, pasukan NATO dan AS akan mengawal Afghanistan sampai terlaksananya pemilu di bulan Agustus mendatang.

Setelah kejadian 11 September, NATO setuju membantu AS berperang di Afghanistan. Tapi sejak dari awal, kekalahan perang selalu terjadi pada AS, yang didukung Inggris, Kanada, Australia dan beberapa negara lainnya.

Beberapa negara sudah mempertimbangkan bahwa inilah saatnya mundur dari Afghanistan. Tanpa tekanan dari AS, niscaya NATO tidak akan terlibat dalam perang yang membingungkan ini. NATO merasa berhutang budi kepada AS, karena selama dekade 90an, negara-negara Eropa tidak mampu berbuat apa-apa dalam tragedi Balkan yang berkepanjangan, dan AS mengambil alih kendali.

Sikap NATO ini membuat AS sangat kecewa. AS meminta NATO untuk terus bersama membasmi Taliban. Maju terus, berarti menghadapi rakyat Afghanistan yang tak pernah mau dijajah oleh bangsa lain. Mundur, berhadapan pula dengan arogansi AS. (sa/kc)