Kini Perempuan Saudi pun Banyak yang Berprofesi Sebagai Pembantu

Ternyata, pekerjaan pembantu rumah tangga (PRT) di Kerajaan Saudi Arabia tak selamanya identik dilakukan oleh pekerja-pekerja asing asal Asia Tenggara, utamanya Indonesia (TKW). Kini, perempuan negara kaya minyak itu juga banyak yang berprofesi sebagai PRT.

Surat kabar negeri itu, al-Madinah (2/7) melansir, profesi PRT kini mulai banyak diminati oleh para perempuan dalam negeri Saudi. Fenomena ini terjadi karena dipicu faktor meningkatnya angka pengangguran di negara kaya minyak tersebut.

Hana Utsman, penanggung jawab bagian kepegawaian di salah satu lembaga agen pekerja di Saudi mengatakan, rata-rata PRT asal Saudi didatangkan dari daerah-daerah ashwaiyyah (kumuh/slumdog), semisal daerah al-Bawadi.

Para PRT tersebut terlebih dahulu mendapatkan pembekalan dari pihak perusahaan atau agen penyalur mereka. "Rata-rata umur mereka 20 tahunan dan tidak memiliki izazah sekolah menengah tingkat atas," terang Utsman.

Meski demikian, PRT asal Saudi mendapatkan jaminan hak dan hukum yang cukup bagus. Misalnya, upah minimal sebulan mereka berkisar 1500 Riyal Saudi (atau sebanding dengan 4 juta rupiah), juga jam kerja yang dibatasi hanya 8 jam sehari.

Sayangnya, peraturan dan adanya jaminan hak serta hukum tersebut tak berlaku bagi para TKW asal Indonesia. Ribuan TKW Indonesia di Saudi Arabia banyak yang tak menerima upah dari majikan, digaji dibawah standar (hanya 1 juta sebulan), pekerjaan yang berat dan melebihi batas kemanusiaan, bahkan kerap menerima pelecehan dan tindak penganiyayaan dari majikan-majikan Arab mereka.

Dan lebih disayangkannya lagi, di hadapan semua fenomena mengenaskan yang menimpa TKW Indonesia tersebut, pihak pemerintahan Indonesia seakan kurang serius untuk menangani dan menuntaskannya. Padahal, negara dibiayai dan dibesarkan oleh pajak, pegawai kenegaraan juga digaji oleh duit hasil pajak. Dan, pajak terbesar Indonesia didapatkan dari para TKW dan TKI itu. (L2/mdn)