Hidup sebagai warga minoritas di sebuah negara, terkadang tidak mudah. Itulah yang dialami warga Muslim di Korea. Perbedaan cara hidup membuat warga Muslim di Korea harus lebih bisa menahan diri.
Bagi Yu Hyun-il, 22, Presiden Asosiasi Mahasiswa Muslim di Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Hankook di Seoul mengatakan, yang paling berat menjadi seorang Muslim di Korea adalah masalah makanan, karena Islam menetapkan aturan yang ketat hal-hal apa saja yang diharamkan dimakan oleh seorang Muslim.
"Sangat berat bagi saya untuk tidak makan daging babi. Apalagi kita juga hanya dibolehkan makan daging yang cara pemotongannya sudah diatur sedemikian rupa, " kata Hyun-il pada Korea Times, edisi Senin (13/8).
Warga Muslim hanya punya sedikit pilihan jika ingin membeli makanan di restoran, karena banyak makanan Korea yang mengandung zat yang diharamkan dalam Islam. Oleh sebab itu, kata Hyun-il, hampir setiap hari ia hanya makan ikan dan sayur-sayuran.
Godaan berat lainnya bagi warga Muslim di Korea, tambah Hyun-il, adalah minuman keras. "Ketika orang-orang pergi untuk minum-minum, mereka tidak mengajak saya. Kalaupun saya ikut dengan mereka, saya yang memilih untuk tidak minum, kadang membuat suasana jadi kaku, " papar Hyun-il.
Seorang pengusaha Muslim berusia 51 tahun yang tidak mau disebut namanya mengaku, dia kadang ikut minum minuman satu atau dua gelas, terutama ketika bertemu dengan rekanan bisnisnya. "Anda tidak akan pernah bisa berbisnis di sini tanpa minum minuman keras, " ujarnya.
Sebagian besar masyarakat Korea, kata seorang mahasiswa Muslim, juga masih asing dengan kebiasaan umat Islam sholat lima waktu. "Beberapa orang menganggap saya aneh, ketika saya sholat dan menghadap kiblat, " kata mahasiswa itu.
Mahasiswa Muslim lainnya bernama Hasna Bae mengakui, warga Muslim di Korea juga merasakan dampak serangan 11 September 2001 di AS, yang memicu kecurigaan dan kebencian terhadap Muslim dan Islam.
"Tapi kami bukan teroris, kami cinta damai. Kami sama seperti gadis-gadis lainnya yang ada di sini, " tukas Bae, yang masuk Islam saat belajar bahasa Inggris di AS dan di sana ia bertemu dengan teman-teman yang Muslim.
Bae mengungkapkan, teman-teman dan keluarganya banyak yang menentang ketika ia memutuskan untuk pindah agama dari Kristen ke Islam. Setiap orang mengatakan bahwa agama Islam berbahaya karena mengajarkan kekerasan dan terorisme. Namun Bae berusaha keras menjelaskan bahwa Islam tidak seperti itu. Islam malah melarang kekerasan dan terorisme.
"Sekarang, mereka terheran-heran, mereka tidak menunjukkan sikap permusuhan tapi lebih menunjukkan rasa ingin tahu yang lebih besar. Itu lebih baik, " kata Bae.
Ia menceritakan, kadang ketika sedang berada di stasiun kereta bawah tanah, ada orang yang memotretnya, mungkin karena aneh melihatnya mengenakan jilbab. Sebagian orang bahkan menganggap Bae orang aneh ketika mengatakan akan pergi ke masjid. "Dan saya tidak banyak teman laki-laki. Saya pikir, saya sudah membuat mereka takut, " sambung Bae.
Saat ini, ada sekitar 35 ribu warga Muslim di Korea. Saat ini mereka sedang menghadapi isu baru, terkait dengan tindakan kelompok Taliban yang mengaku sebagai Muslim sejati, menculik 23 warga negara Korea dan membunuh dua di antaranya. Kebencian dan kecurigaan kini dialami warga Muslim di Korea.
Menurut Bae, akibat kasus itu, sebuah masjid di Korea menerima ancaman bom sehingga masjid itu harus dijaga polisi.
Meski demikian, Lee Ju-hwa, direktur Pendidikan dan Dakwah Korea Muslim Federation mengatakan, masyarakat Korea pada umumnya membuka diri terhadap agama Islam, yang di Korea dianggap sebagai agama baru.
"Di forum-forum di internet, hampir semua orang menuding kami. Tapi sekarang, saya melihat banyak orang yang berusaha memberikan pandangan yang obyektif, " tukas Ju-hwa.
Ia meminta warga non-Muslim Korea untuk menunjukkan keterbukaannya dan mau menerima agama Islam. "Kami melarang segala bentuk kekerasan, kami tidak menindas kaum perempuan dan kami seperti juga penganut agama lainnya yang menginginkan kehidupan yang lebih baik, " sambung Ju-hwa.
Meski terasa berat, warga Muslim Korea mengaku bangga dengan pilihan mereka menjadi seorang Muslim. Hasna Bae, misalnya, menegaskan tidak akan menyembunyikan agamanya dalam situasi apapun, termasuk saat mencari kerja.
"Tapi saya tidak akan bekerja di perusahaan yang tidak menghormati keyakinan karyawannya, " tandas Bae yang mengambil jurusan disain metal. (ln/KoreaTimes)