Dalam semua aspek dan persepektif yang ada, sangat sulit menerima dan memahami apa yang dilakukan oleh Israel terhadap Jalur Gaza. Bahkan ketika seseorang menyampaikan empati terhadap “serangan balasan Israel” akan Hamas, siapapun tidak akan bisa menemukan pembenaran kelakuan bejat taktik militer Negara Zionis itu.
Tiga pekan, maka hampir seluruh Gaza punah. Lebih dari 1100 orang tewas, setengah di antaranya adalah anak-anak dan wanita, dan 5000 terluka, dan itu tampaknya tak sedikitpun mengendurkan Israel untuk menghentikan agresinya itu.
Sejak dari dulu sampai sekarang, ketika Israel tengah melakukan kejahatan kemanusiaan, maka dengan serentak, Israel menerapkan penguasaan media yang seragam. Ketika Israel membombardir Lebanon di musim panas tahun 2006 lalu, para model yang berkebangsaan Israel dengan berbikini ria membanjiri semua halaman majalah di AS. Mantan Miss Israel, Gal Gadot mengaku diminta langsung oleh konsulat Israel di New York untuk memperlihatkan tubuhnya tanpa sehelai benang pun sebagai bagian dari “pengalihan perang Israel”—demikian dilaporkan New York Post, Juni 2007. Dan sekarang ketika langit Gaza pekat oleh asap bom, taktik serupa juga diberlakukan. Majalah Maxim dan majalah serta tabloid bertiras tinggi di AS dan Eropa banyak memajang wanita bugil.
Tapi apakah sekarang Israel memenangkan perang media ini? Menteri Luar Negeri Israel, Tzipi Livni menyampaikan sebuah pesan di YouTube bahwa dengan membuat 1,5 juta orang Palestina di Jalur Gaza kelaparan, sekarat, terpenjara, dan dibom akan membuat dunia menjadi lebih damai, menjadi lebih baik, dan indah untuk demokrasi serta keamanan dunia. Namun, kenyataannya tidak selalu yang diharapkan para Zionis itu terwujud. Surat kabar di AS semakin hari semakin memperlihatkan obyektivitasnya. Selain memenuhi pesanan Tel Aviv, mereka juga menyisakan satu ruang kosong, dan membuat pertanyaan : ‘Apa yang dimenangkan oleh Israel sebenarnya?
Kenyataannya, Israel sekarang tak bisa lagi memenangkan perang media di AS. Ribuan orang di negeri itu lebih berhati-hati dan memfilter semua berita yang masuk. Semua kenyataan perang yang ditimbulkan oleh Israel; potret bocah-bocah Palestina yang dibantai, sekolah PBB yang dihancurkan bom, gedung, rumah dan rumah sakit yang diratakan tanah, telah membuka mata semua orang di negeri itu.
Internet membuka semua kemungkinan bahwa Israel tak akan pernah bisa lagi menyembunyikan segala kelakukan barbarnya. Israel sekarang harus menghadapi kenyataan, strategi perang medianya tak berjalan. Warga AS dan Barat tak selamanya senang melihat paha mulus—sebaliknya, atas nama nurani, mereka bangkit ketika melihat bayi yang terkoyak karena bom.
(Sa/Plstin Thkn)