Perang Lain Di Irak

Irak tak pernah berhenti menderita. Enam tahun setelah pendudukan pasukan asing di negara ini, kaum gay bermunculan dan menjadi persoalan besar. Entah bagaimana mulanya, tetapi sekarang ini seolah-olah menjadi gay adalah sesuatu yang biasa bagi sebagian warga Irak.

Disinyalir, perilaku dari tentara asing, dan juga permisifnya ajaran Syiah yang kini mengangkangi Irak ikut memicu hal ini. Padahal, walaupun ada, di zaman Saddam Hussein dulu, kaum homo sama sekali tidak pernah diberi tempat.

Akibatnya, sekarang warga Irak bisa dibilang telah terpecah menjadi dua. Warga yang sama sekali tidak menyetujui adanya kaum gay, memburu lelaki yang "dianggap berpenampilan mencurigakan." Karena Irak saat ini benar-benar dalam kondisi yang rusak, maka tidak heran jika terjadi main hakim sendiri.

Bulan lalu, Gay Middle East Timur Tengah mengumpulkan kompilasi serangan terhadap "kaumnya" di Irak yang dipukuli, menghilang dan dibunuh.

Laporan Human Rights Watch tahun lalu menjelaskan bahwa serangan-serangan ini tidak hanya dilakukan karena berkaitan dengan "perilaku berdosa" seksual seseorang, tapi juga karena kaum gay mengingkari gender mereka sendiri.

Dalam satu insiden di Al-Kut pada tanggal 8 Juli lalu, "dua orang yang dikenali sebagai gay dikepung dan dipukuli oleh sekelompok preman karena diduga mengenakan pakaian trendi," rilis Gay Middle East.

Pada tanggal 22 Juli, pasangan lelaki lain dipukuli dan ditangkap oleh polisi di Najaf:

Padahal, seperti kita tahu, Irak, terutama di Baghdad dulunya merupakan salah satu simbol kebesaran dan keagungan Islam, dimana peradaban dunia juga berkibat ke wilayah ini. (sa/albab)