Tentara Israel melancarkan serangan udara dan darat di selatan Libanon Rabu (12/7) sesaat setelah Hizbullah mengumumkan bahwa ia menangkap dua serdadu Israel di sepanjang perbatasan dengan wilayah Yahudi.
“Pesawat, tank dan artileri kami beroperasi di dalam wilayah Libanon”, ujar seorang tentara Israel, menegaskan bahwa serangan sudah dimulai semenjak dua serdadunya diculik.
Israel mengerahkan 6.000 pasukan ke perbatasan sebelah utara wilayahnya setelah penangkapan tersebut, ujar seorang sumber militer. Bahkan Israel telah menyiapkan pasukan cadangan dalam jumlah besar, seperti dilansir TV channel 10. Dikatakan juga bahwa pasukan cadangan dari divisi infanteri telah digerakkan dan dikirim ke perbatasan utara dengan Libanon.
Perdana menteri Israel Ehud Olmert menggambarkan “serangan” Hizbullah yang menculik dua serdadu Israel adalah “operasi militer” Libanon yang harus dibayar konsekuensinya. Olmert mengancam akan ada aksi balasan yang sangat “menyakitkan dan meluas”. “Itu adalah aksi perang yang dilakukan negara Libanon melawan negara Israel di daerah kekuasaan Israel,” tegas Olmert dalam konferensi pers disela-sela kunjungannya ke Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi.
Serang saksi mata Libanon mengatakan, dua penduduk sipil tewas dan tiga lainnya luka luka dalam serangan udara di jembatan Qasimiyeh, di dekat sungai Litani kurang lebih 30 km sebelah utara perbatasan Israel.
Dua penduduk sipil terluka ketika helikopter Israel menembakkan roket ke daerah Tair Harfa di dekat perbatasan dan heli itu melanjutkan serangannya untuk merusak infrastruktur dan posisi Hizbullah di selatan Libanon.
Serangan udara dilakukan dengan maksud menutup jalan bagi para pejuang yang mungkin membawa tahanan untuk melarikan diri karena ingin menghindari misi penyelamatan dari tentara Israel. Stasiun TV Hizbullah, Al-Manar melaporkan bahwa artileri Israel telah menggempur desa-desa seperti Aita El Shaab, Ramieh, dan Yaroun di dekat perbatasan pantai di Naqoura. Komunitas internasional menyeru Libanon agar tetap tenang dan segera membebaskan dua tentara Israel.
“Kami telah meminta Hizbullah untuk membebaskan dua tentara Israel”, tegas wakil sekjen PBB di selatan Libanon, Gier Pederson, pada para wartawan seusai pertemuan perdana menteri Libanon, Fouad Saniora. Menurut AFP, ia juga menyatakan bahwa “semua pihak harus mengendalikan diri dan menghindari meluasnya masalah”.
Jubir Eropa Emma Udwin, mengatakan, kedua belah pihak harus menghormati “blue line” yang dibuat PBB setelah Israel menarik pasukannya dari Libanon pada tahun 2000. “Permasalahan ini telah menjadi sangat serius dan kami sangat peduli akan hal itu, terang Udwin. “Demi keselamatan semua, tentara Israel harus segera dilepaskan”.
Asisten sekretaris negara Amerika untuk urusan Timur Tengah, David Welch, memperingatkan bahwa penangkapan dua tentara itu sangat luas imbasnya dan meminta agar mereka segera dilepaskan. “ini sangat berbahaya sekaligus penting, di mana tanggung jawab semua pihak untuk menciptakan kedamaian sedang diuji," tukasnya dari Kairo. Sementara Perdana Menteri Inggris berkomentar, “Aksi Hizbullah akan meningkatkan ketegangan antar dua negara”. (na-str/albwb)