Pemerintah Israel nampaknya sudah putus asa menghadapi ketangguhan para pejuang Hizbullah. Negara Zionis ini akhirnya menyatakan membuka diri untuk melakukan negosiasi guna membebaskan dua serdadunya yang ditawan Hizbullah.
Negosiasi, adalah usulan yang sejak awal dilontarkan Hizbullah untuk pembebasan dua serdadu itu, namun Israel lebih tertarik untuk berperang.
Tapi kini situasinya berbalik. Israel menyatakan siap bernegosiasi dengan Hizbullah. Menurut Menlu Israel Tzipi Livni, Perdana Menteri Ehud Olmert secara pribadi akan menunjuk orang yang akan ditugaskan mengurus negosiasi tersebut.
"Kami akan memasuki sebuah proses yang maknanya adalah negosiasi. Pemerintah Israel tidak bermaksud untuk melupakan isu ini," kata Livni dalam keterangan persnya setelah kabinet Israel menyatakan menerima resolusi PBB, merujuk pada nasib dua tahanannya yang masih ditawan Hizbullah.
Pernyataan Livni, merupakan pernyataan yang pertama kalinya dilontarkan Israel pada publik tentang keinginan mereka bernegosiasi untuk membebaskan dua tahanan itu. Sebelumnya, Israel selalu menolak tawaran negosiasi dan meminta agar serdadunya dibebaskan tanpa syarat.
Dua serdadu Israel itu ditawan Hizbullah dalam sebuah operasi di perbatasan Israel-Libanon pada 12 Juli lalu, di mana dalam operasi itu, Hizbullah juga berhasil menewaskan delapan serdadu Israel.
Sejak itu, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan, satu-satunya cara untuk membebaskan serdadu Israel adalah dengan melakukan pembicaraan dan pembebasan para tahanan warga Libanon dari penjara-penjara Israel, termasuk Samir Kantar yang sudah dipenjara Israel sejak 1979.
Persoalan pembebasan serdadu Israel ini, ternyata menjadi salah satu persoalan yang mempengaruhi Menteri Transportasi Israel, Shaul Mofaz, satu-satunya anggota kabinet Israel yang menyatakan tidak mau menerima resolusi PBB.
"Kita tidak bisa memutuskan kembalinya dua serdadu kami, kemudian melakukan gencatan senjata yang tidak mengarah pada isu tersebut. Resolusi tidak menyatakan dengan jelas bahwa Hizbullah harus dibubarkan dan oleh sebab itu Hizbullah tidak akan dilucuti," kata Mofaz.
Seorang diplomat senior pada harian Haaretz mengatakan, Israel tidak punya informasi tentang nasib Eldad Regev dan Udi Goldwasser, namun Israel mengasumsikan bahwa kedua serdadunya itu masih hidup. Sumber itu juga mengungkapkan, militer Israel sudah melakukan operasi beresiko tinggi untuk mendapatkan informasi tentang serdadunya yang ditawan, tapi tidak berhasil.
Awalnya, Hizbullah meminta pertukaran tawanan serdadu Israel dengan warga Libanon yang masih menjadi tahanan di penjara-penjara Israel. Namun ketika Israel lebih memilih menyerang Libanon, juru bicara parlemen Libanon, Nabih Berri mengatakan bahwa situasinya kini sudah berubah.
Pada tahun 2004, Israel dan Hizbullah pernah mencapai kesepakatan pertukaran tahanan setelah negosiasi yang makan waktu hampir tiga tahun. Berdasarkan kesepakatan itu, Israel membebaskan sekitar 400 warga Palestina, 23 warga Libanon, lima warga Suriah, tiga warga Maroko, tiga warga Sudan, seorang warga Libya dan seorang warga Jerman, sebagai kompensasi dibebaskannya seorang pengusaha Israel, Elhanan Tannenbaum dan jenazah tidak tentara Israel. Israel juga menyerahakn jenazah 59 warga Libanon yang terbunuh oleh Israel. (ln/iol)