Perang AS di Irak dan Afghanistan adalah penyebab utama krisis ekonomi yang dialami AS saat ini. Menurut seorang petinggi militer Iran dan mantan wakil presiden Bank Dunia AS menanggung beban berat untuk membiayai perangnya, namun pemerintah AS berusaha menyembunyikannya dari rakyat.
Josep Stiglitz pemenang hadiah nobel dan mantan wakil presiden Bank Dunia mengatakan, biaya perang AS di Irak lebih besar 50 sampai 60 kali lipat dari perkiraan pemerintah Bush pada tahun 2003. Biaya perang yang besar ini, menurut Stiglitz, menjadi penyebab utama krisis perbankan di AS yang memicu krisis keuangan global.
"Pengeluaran AS untuk perang Irak adalah penyebab tersembunyi dari krisis perkreditan di AS. Bank sentral AS merespon kekeringan dana yang digunakan secara besar-besaran untuk perang, dengan membanjiri perekonomian AS dengan kredit-kredit murah," kata Stiglitz.
Ia menambahkan, para regulator ekonomi di AS mencari cari lain untuk menutupi kebutuhan finansialnya dan meminjamkan uangnya lewat sistem bantuan sosial.
Sementara itu petinggi militer Iran, Mayor Jenderal Yahya Rahim-Safavi menilai kondisi perekonomian AS adalah buntut dari perang AS di Irak dan Afghanistan. Ia juga mengatakan, AS, Eropa dan Soviet memberikan bantuan penuh pada pimpinan Irak Saddam Hussein saat Irak melancarkan perangnya terhadap Iran pada tahun 1980-1988.
"Sekarang, AS justru mengeksekusi Saddam, Uni Sovyet runtuh dan AS serta sekutunya di Eropa menemui jalan buntu dalam perang Irak," kata Mayjend Safavi.
"Setelah mengalami krisis, dunia internasional bahkan AS baru mengakui bahwa Iran merupakan kekuatan tangguh di Timur Tengah," tandasnya. (ln/prtv)