Perang Antara Aparat Keamanan Suriah

Tentara Suriah telah ditembak oleh pasukan keamanan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad setelah menolak melakukan repressi terhadap para demonstran, ujar saksi mata kepada Aljazeera. Sementara itu, aparat keamanan Suriah telah melakukan tindakan lebih keras terhadap para demonstran anti-pemerintah.

Menurut sejumlah saksi mata kepada wartawan Aljazeera dan BBC bahwa beberapa tentara yang menolak menembak para demontran dan kemudian mereka bergabung bersama para pemotres, pada hari Jumat.

Menurut pemantau hak asasi manusia Mourad Hejjo, seorang wajib militer dari desa Madaya, adalah salah satu dari mereka yang ditembak oleh penembak jitu aparat keamanan yang setia kepada Presiden Bashar al- Assad."Keluarga korban mengatakan ia menolak untuk menembak demonstran," kata Wassim Tarif, anggota tim monitor lokal dari hak asasi manusia. Para pasukan tentara yang berasal dari wajib militer (wamil) yang ditempatkan di kota-kota yang sedang dilanda konflik, enggan melakukan instruksi untuk menembak para demonstran.

Dalam gambar yang berhasil direkam oleh wartawan menunjukkan seorang tentara terluka, dan ia mengatakan ditembak dari belakang oleh pasukan keamanan. Video lainnya menunjukkan saat berlangsung pemakaman Muhammad Awad Qunbar, di mana menurut sebuah sumber mengatakan, bahwa ia dibunuh karena menolak untuk menembak pemrotes. Tanda-tanda pembelotan yang terjadi dikawatirkan oleh rezim Suriah. Media pemerintah melaporkan kejadian versi yang berbeda, menyatakan sembilan tentara tewas dalam penyergapan oleh kelompok bersenjata di Banias.

Aktivis hak asasi manusia mengatakan tidak semua tentara dilaporkan tewas atau terluka ditembak setelah menolak untuk menembak. "Kami sedang menyelidiki laporan-laporan bahwa beberapa orang memiliki senjata pribadi dan menggunakannya untuk membela diri," kata Tarif.

Laporan datang sebagai tokoh oposisi terkemuka Suriah, mengatakan bahwa orang-orang bersenjata yang pro pemerintah menyerang dua desa dekat Banias, 25 mil selatan Latakia, yang telah menjadi fokus terbaru dari kekerasan sejak aksi protes hari Jumat. Haitham al-Maleh mengatakan kepada AP penyerang menggunakan senapan otomatis di Bayda dan Beit Jnad.

Organisasi hak asasi manusia mengatakan sedikitnya lima pengunjuk rasa di Banias telah tewas sejak Senin kemarin. Saksi mata di Bayda melaporkan bahwa preman-preman bayaran yang dikerahkan aparat keamanan telah dipukuli pengunjuk rasa. Sementara itu, kelompok hak asasi manusia mengatakan ratusan orang telah ditangkap, termasuk mahasiswa yang mengambil bagian dalam sebuah reli yang belum pernah terjadi sebelumnya di Universitas Damaskus pada hari Senin.

Kekerasan di kota-kota pelabuhan Banias dan Latakia telah menjadi semakin kacau, ujar penduduk setempat. Para penduduk setempat juga melaporkan adanya keterlibatan preman yang pro-pemerintah dan milisi swasta yang menyerang dengan senjata otomatis terhadap para demosntran. Seorang saksi, yang berbicara dengan nama anonim, mengatakan "shabiha" (preman pro-pemerintah) telah menyerang dari mobil dihiasi dengan foto-foto presiden, Bashar al-Assad, pada hari Minggu. Warga Banias mengatakan, bahwa penduduk mengalami kekurangan makanan, seperti roti, dan listrik dan komunikasi telah putus.

Para pemimin kelompok pro-demokrasi Suriah telah mengeluarkan, "Deklarasi Damaskus", dan mendesak Liga Arab untuk menjatuhkan sanksi terhadap rezim Bashar al-Assad, dan mengatakan bahwa korban yang tewas selama berlangsungnya aksi protes selama tiga minggu telah lebih 200 orang yang tewas.

Puluhan ribu orang telah melakukan aksi protes ke jalan-jlan untuk menjatuhkan pemerintahan otoriter Assad. Assad menytakan bahwa kekerasan itu dilakukan oleh gerombolan bersenjata, dan Assad telah bersumpah untuk menghancurkan para perusuh.

Pemimpin Suriah itu telah membuat serangkaian tawaran untuk menenangkan kemarahan rakyat, termasuk pemecatan pejabat dan pemberian kewarganegaraan Suriah kepada ribuan orang Kurdi. Namun tawaran Assad telah gagal untuk memuaskan para pengunjuk rasa, yang menuntut kebebasan politik dan mengakhiri hukum darurat yang sudah berlangsung puluhan tahun yang memungkinkan rezim untuk menangkap orang tanpa dasar alasan yang jelas.

Hari Selasa Human Rights Watch mengecam pasukan keamanan yang melarang orang-orang yang luka dibawa mendapatkan perawatan medis. Pemerintah Inggris memperingatkan terhadap warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Suriah dan semua perjalanan ke Banias, di mana penduduk sekarang sedang melakukan aksi mogok selama tiga hari. (mh/wp)