Perang Afghanistan dan Irak, Picu Krisis di Kemiliteran Inggris

Keikusertaan Inggris dalam perang di Irak dan Afghanistan menimbulkan krisis di kemiliteran negara kerajaan itu. Selain kemunduran moral, pengiriman pasukan ke Irak dan Afghanistan juga menyebabkan banyak perwira berpengalaman di Angkatan Darat dan Angkatan Udara Kerajaan Inggris memilih meninggalkan dinas kemiliteran.

Hal ini terungkap dalam laporan parlemen Inggris yang diulas surat kabar The Independent, edisi Senin (28/1). Surat kabar itu bahkan menggunakan kata "eksodus" untuk menggambarkan banyaknya personel militer Inggris yang mundur dari dinas kemiliteran.

Menurut data Kementerian Pertahanan yang dikutip Time Online, sepanjang tahun 2006 ada 4, 3 persen personel dan 5, 8 persen perwira di seluruh angkatan bersenjata Inggris, yang memilih pensiun dini. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran, apalagi ada kecenderungan prosentase makin meningkat.

"Kami mengkhawatirkan tanda-tanda pengunduran diri secara sukarela di angkatan bersenjata, khususnya angkatan darat, yang main meningkat. Begitu juga yang terjadi dengan para personel di Angkatan Udara, yang tidak mau memperpanjang tugasnya, " demikian kesimpulan laporan Komite Pertahanan parlemen Inggris.

Ketua Komite James Arbuthnot mengatakan, "Angkatan darat, laut dan udara tidak bisa melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan karena banyak orang yang memilih pergi, dan ini mengindikasikan penurunan moral yang tajam."

Dalam laporannya, komite mengkritik angkatan bersenjata Inggris yang tidak mampu melakukan rekrutmen baru, terutama dari kalangan masyarakat minoritas di negeri itu. Disebutkan, "Kami masih sangat kecewa dan khawatir melihat bahwa ketiga angkatan itu tidak bisa mencapai target rekrutmen di kalangan etnis minoritasa di Inggris. Dan yang paling buruk performanya dalam hal ini adalah Angkatan Udara."

Kementerian Pertahanan Inggris mengakui bahwa mereka gagal mencapai target itu dengan alasan terkait operasi-operasi yang mereka lakukan di kalangan kelompok etnis minoritas dan pertimbangan soal keseimbangan serta masalah rasisme yang sering terjadi di angkatan bersenjata.

Laporan Komite Pertahanan parlemen Inggris juga menilai bahwa performa militer Inggris makin buruk setelah tujuh tahun terlibat perang di Afghanistan dan lima tahun perang di Irak. Untuk diketahui, militer Inggris mengirimkan 7.700 pasukannya ke Afghanistan dan 4.500 pasukan ke Irak. (ln/iol)