Negara Perancis dan Rusia mengecam serangan Israel ke Libanon yang telah menewaskan 52 warga sipil dan infrastruktur di negeri itu. Sementara negara AS justru membela agresi militer Israel ke Libanon.
"Kami dengan tegas mengutuk perang yang tidak proporsional ini. Selama beberapa jam, bandara dan seluruh kedaulatan negara sahabat Perancis dibombardir… ini merupakan perang yang tidak proporsional," kata Menteri Luar Negeri Perancis, Phillippe Douste-Blazy pada radio Europe 1 seperti dikutip AFP.
Pada Kamis (13/7) pesawat-pesawat tempur Israel melakukan sejumlah serangan ke beberapa tempat, menghancurkan infrastruktur termasuk bandara internasional di Beirut. Serangan sepanjang Kamis kemarin menewaskan 47 warga sipil Libanon yang kebanyakan anak-anak.
Israel melakukan serangan melalui udara, darat dan laut, setelah dua tentaranya diculik kelompok pejuang Hizbullah.
Menurut Douste-Blazy, perang Israel di Libanon akan menimbulkan dua konsekuensi. Pertama, orang-orang yang ingin masuk ke Libanon, sekarang terpaksa harus melalui jalur laut atau melalui Suriah. Kedua, resiko kembalinya Libanon ke kondisi terburuk ketika dilanda perang di mana banyak warga Libanon yang akan meninggalkan negerinya, padahal Libanon kini sedang dalam proses membangun kembali negaranya.
Untuk itu, tambah Douste-Balzy, Perancis mendukung permintaan Libanon agar mengajukan Israel ke Dewan Keamanan PBB secepat mungkin. "Resiko perang regional ‘pasti’ ada" katanya.
Pemerintah Libanon, pada Rabu (12/7) menyatakan bahwa pihaknya "siap bernegosiasi melalui PBB atau teman-teman yang lain" untuk mencari jalan keluar dari krisis ini.
Seorang sumber di PBB pada AFP mengatakan, Libanon sudah meminta PBB untuk menegosiasikan gencatan senjata, namun sejauh ini permintaan itu ditolak oleh Israel.
Selain Perancis, negara Rusia juga mengutuk serangan-serangan yang dilakukan Israel ke Libanon dan Palestina.
"Siapapun orangnya, tidak bisa membenarkan kerusakan yang terus menerus dilakukan Israel terhadap infrastruktur sipil di Libanon dan wilayah Palestina, menggunakan kekuatan yang tidak berimbang di mana warga sipil jadi menderita," demikian bunyi pernyataan kantor kementerian luar negeri Rusia.
Dalam pernyataannya, kementerian luar negeri Rusia mengatakan, situasinya sudah ‘sangat mengkhawatirkan’ dan pemboman Israel terhadap bandara internasional di Beirut merupakan ‘langkah berbahaya yang akan mengarah pada eskalasi militer.’
"Kami dengan tegas menguatkan kembali dukungan kami pada kedaulatan Libanon dan integritas teritorialnya," demikian bagian isi pernyataan kementerian luar negeri Rusia.
Di sisi lain, Moskow juga mengkritik Hizbullah dan kelompok pejuang Palestina yang telah menculik serdadu Israel. Rusia menyerukan agar kelompok pejuang itu segera membebaskan serdadu Israel tanpa persyaratan apapun.
Tim Kuartet dan Liga Arab Gelar Pertemuan
Sebelumnya, seorang pejabat di kementerian luar negeri Rusia mengungkapkan, Tim Kuartet yang terdiri dari Uni Eropa, Rusia, PBB dan AS sudah melakukan konsultasi atas konflik Israel-Libanon
"Hal yang paling utama adalah, tidak membiarkan konflik meluas menjadi perang antara Libanon dan Israel," kata Sergei Yakovlev. Ia mengatakan, Dewan Keamanan PBB bisa segera menggelar pertemuan menyusul krisis yang terjadi.
Liga Arab, Kamis (13/7) juga mengatakan bahwa menteri-menteri luar negerinya akan melakukan pertemuan di Kairo pada Sabtu (15/7) untuk membahas agresi Israel ke Libanon. Mereka akan membicarakan usulan dari Presiden Yaman, Ali Abdullah agar segera digelar pertemuan darurat para pemimpin Arab terkait masalah ini.
Para menteri Liga Arab kemungkinan akan menyerukan Israel agar menghentikan serangannya terhadap warga sipil dan akan memediasi kesepakatan damai antara Israel dan Hamas serta antara Israel dan Hizbullah.
Sekretaris Jenderal Liga Arab, Amr Moussa hari Kamis kemarin juga sudah menghubungi lewat telepon Presiden Libanon, Emile Lahoud, PM Menteri Fuad Siniora, Presiden Palestina Mahmud Abbas, PM Palestina Ismail Haniyah, Raja Yordania, Abdullah dan Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
AS Dukung Israel
Sementara negara-negara lain mengecam dan prihatin atas agresi Israel, Presiden AS George W. Bush malah mendukung tindakan Israel. Dalam keterangan pers setelah bertemu dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel kemarin, Bush mengatakan bahwa Israel punya hak untuk mempertahanakan diri.
"Yang kedua, apapun yang dilakukan Israel seharusnya tidak melemahkan pemerintahan di Libanon.
Bush dan Israel, selama ini menyalahkan Suriah atas apa yang dilakukan Hizbullah dan Hamas. Menurutnya, Suriah juga harus diperhitungkan. "Presiden Assad harus menunjukkan kepemimpinannya terhadap perdamaian," kata Bush. (ln/iol)