Puluhan jamaah haji asal Amerika Serikat mengancam akan melakukan boikot terhadap maskapai penerbanngan AS, Northwest Airlines atas perlakuan tak menyenangkan hanya karena mereka Muslim.
Surat kabar The Detroit News edisi Rabu (17/1) menyebutkan, para jamaah haji itu bukan hanya mengancam boikot, tapi juga mendesak agar dilakukan penyelidikan atas perlakuan yang mereka alami.
Kasus itu berawal ketika staff Northewest Airline-maskapai penerbangan kelima terbesar di AS-melakukan pemisahan penumpang yang Muslim dari penumpang-penumpang lainnya. Dan tanpa memberikan alasan yang jelas, staff tersebut meminta penumpang yang Muslim untuk "minggir" dan menyatakan pada mereka bahwa pesawat sudah penuh.
Para jamaah haji itu ditelantarkan, sementara mereka berjuang untuk mencari penerbangan lain agar bisa sampai di rumah. Beberapa di antara mereka ada yang terpaksa menginap di bandara.
"Kami diperlakukan sangat, sangat, sangat buruk, " kata Jennifer Zreil, 29, saat memberikan keterangan pers di Dearborn yang diorganisir oleh Council on American-Islamic Relations (CAIR), Selasa (16/1).
"Mungkin mereka takut terhadap 40 Muslim yang berada dalam satu pesawat, " ujar Imam Sayed al-Qazwini yang juga hadir dalam keterangan pers itu. al-Qazwini adalah salah satu jamaah haji yang dilarang masuk ke pesawat Northwest Airline dalam perjalanan dari Jerman ke rumahnya di Detroit.
Menanggapi ancaman boikot, jurubicara Northewest Airline, Dean Breest berdalih bahwa persoalannya sebenarnya sederhana, bahwa mereka sangat terlambat di pintu gerbang menuju ke pesawat.
"Mereka muncul pada menit-menit terakhir, " katanya beralasan.
Para jamaah haji, termasuk dua imam, membantah pernyataan jubir Northwest dan mengatakan bahwa mereka diperlakukan dengan tidak fair hanya karena latar belakang asal dan agama mereka.
"Kami tiba di pintu gerbang kira-kira satu jam setengah sebelum keberangkatan. Penumpang lainnya yang datang setelah kami, diizinkan naik ke pesawat, " tukas al-Qazwini.
Bukan yang Pertama
Apa yang dialami para jamaah haji asal AS itu bukan yang pertama kali terjadi. Sikap diskriminatif kerap ditunjukkan staff maskapai penerbangan Northwest terhadap warga Muslim dan Arab hanya karena wajah dan latar belakang agama mereka.
"Saya tahu bahwa banyak warga Muslim menyebut Northwest dengan sebutan ‘Northworst’ karena perlakuannya yang buruk terhadap komunitas Muslim, " kata al-Qazwini yang juga kepala Islamic Center of America di Dearborn.
Ia mengungkapkan, dirinya dan sejumlah warga Muslim lainnya selalu menghadapi persoalan semacam itu dengan maskapai Northwest. Seorang imam terkemuka di AS baru-baru ini bahkan dihalang-halangi ketika akan sholat saat saat melakukan penerbangan dengan Northwest.
Al-Qazwini minta pihak Northwest minta maaf, memberikan kompensasi pada penumpang yang dirugikan serta melakukan penyelidikan atas perlakuan tersebut.
"Jika Northwest tidak mau melakukannya, maka kemungkinan kami akan meminta organisasi-organisasi Islam untuk menyerukan pada warga Muslim agar tidak terbang dengan Northwest, " ancamnya.
Apa yang dialami oleh para jamaah haji itu, juga dialami oleh enam imam Muslim dua bulan yang lalu. Keenam imam tersebut diturunkan dari pesawat dengan tangan diborgol, ditahan dan diinterogasi selama lebih dari lima jam, dengan tuduhan mereka sudah menunjukkan sikap mencurigakan.
CAIR, sebagai lembaga advokasi warga Muslim AS terbesar, sudah memberikan pengarahan pada para jamaah haji asal AS pada Desember lalu, agar mereka menyadari hak legal dan sipil mereka sebagai penumpang pesawat.
Transportation Security Administration (TSA) baru-baru ini juga mengumumkan apa yang mereka sebut "Muslim Sensitivity Training" bagi para pekerja bandara dalam memperlakukan para jamaah haji, karena mereka mungkin akan menghadapi tindakan diskriminatif dari penumpang lainnya. Tapi kenyataannya, sikap diskriminatif itu justru dilakukan awak maskapai penerbangan. (ln/iol)