Departemen Pertahanan AS akhirnya mengakui kesalahan mereka karena telah melakukan serangan-serangan udara yang salah sasaran di Afghanistan, sehingga menimbulkan korban jiwa di kalangan warga sipil.
Juru Bicara Pentagon, Geoff Morrel dalam keterangannya Senin (8/6) mengatakan bahwa pasukan AS telah melakukan kesalahan fatal dalam serangan-serangan udaranya yang dilakukan sepanjang bulan Mei kemarin. Menurut Morrel, Menhan AS Robert Gates sudah diberitahu tentang hasil penyelidikan terhadap operasi-operasi serangan tersebut.
"Ada beberapa persoalan terkait taktik, teknik dan prosedur atau … cara bagaimana dukungan lewat udara seharusnya dilakukan dalam kasus-kasus ini," kata Morrel dalam keterangan pers-nya di Washington.
Sedikitnya 150 warga sipil, termasuk 95 anak-anak tewas ketika pesawat-pesawat tempur AS membombardir dua desa di distrik Bala Baluk, sebelah barat provinsi Farah pada 4 Mei lalu. Petugas medis mengatakan, para korban tewas dan luka akibat luka bakar yang disebabkan oleh bom-bom yang mengandung zat kimia pospor putih.
Serangan udara AS itu memicu aksi protes selama berhari-hari di sejumlah kota besar di Afghanistan. Presiden Hamid Karzai mengecam serangan itu dan mendesak AS agar menghentikan serangan udaranya yang serampangan dan menyebabkan warga sipil menjadi korban.
Tapi Washington menegaskan, mereka tidak akan menghentikan operasi militer berupa serangan udara di Afghanistan. Menhan Robert Gates pada pertengahan kemarin mengatakan, lebih dari 21.000 pasukannya yang sudah dikerahkan ke Afghanistan tidak akan mengurangi serangan-serangan yang akan dilakukan lewat udara.
"Kami perlu melindungi pasukan kami," kata Gates berdalih soal operasi-operasi militer pasukan udara AS yang kerap menimbulkan kontroversi. Alih-alih membungkam perlawanan kelompok Taliban dan al-Qaida, operasi militer pasukan AS sering salah target dan yang menjadi korban adalah warga sipil Afghanistan. (ln/prtv)