Pengunjuk Rasa Bentrok Dengan Polisi di Kairo

Meriam air ditembakkan kepada para pengunjuk rasa saat peringatan dua tahun lengsernya Hosni Mubarak

Polisi Mesir telah menembakkan Gas air mata dan menggunakan meriam air kepada para pengunjuk rasa yang melempar batu di luar kediaman presiden saat para oposisi menggelar aksi peringatan dua tahun tergulingnya Hosni Mubarak.

Bentrok pada hari Senin tersebut terjadi setelah ratusan pengunjuk rasa bergerak menuju istana – tempat di mana kericuhan sering terjadi, menentang presiden Mesir sekarang, Mohamed Morsi.

Para kelompok oposisi berunjuk rasa meminta Morsi memenuhi tujuan-tujuan revolusi yang memberikan  ruang kekuasaan oposisi  bersama dengan kelompok Islam  Ikhwaanul Muslimin.

Salah satu permintaan utama mereka adalah sebuah persatuan pemerintahan baru, perubahan bagi sebuah konstitusi Islam yang kontroversial dan pencopotan jenderal Mesir.

Para aktivis juga marah karena tidak ada yang bertanggungjawab atas kematian banyak pengunjuk rasa beberapa bulan terakhir dalam bentrok dengan polisi.

“Kembali ke aturan Ikhwaan,” para pengunjuk rasa meneriakkannya saat mereka bergerak ke Tahriri Square di Kairo, jantung perjuangan para pendemo yang menggulingkan Mubarak.

Sebelumnya, para pengunjuk rasa sesaat memblokade sebuah jembatan utama dan kereta-kereta di sebuah stasiun kota pusat Kairo, bergumul dengan para penumpang dan polisi, saksi dan media nasional menyampaikan.

Dua tahun sebelumnya, masyarakat Mesir berkumpul di jalan-jalan untuk merayakannya setelah asisten Mubarak mengumumkan pengunduran diri presiden veteran tersebut, optimis bahwa perubahan demokratis dapat diraih.

Mubarak mundur dari kepemimpinan pada 11 Februari 2011, setelah revolusi selama 18 hari yang terkenal tersebut mengagetkan Timur Tengah dan sekitarnya.

Namun, dua tahun kemudian, banyak yang kecewa terhadap tujuan-tujuan kebebasan dan keadilan sosial yang belum terealisir, dan bahwa Mesir terbagi menjadi pendukung Morsi dan para partai oposisi

Mesir telah mengalami kekerasan, ketidak amanan serta kenaikan harga yang tinggi, membangkitkan kericuhan politik yang mencengkeram negara tersebut. (DS-Al-Jazeera)