Kedua, dilakukan orang yang sudah berpengalaman, sehingga tidak bijak mohon maaf, orang melakukan praktik thibbun nabawi membuka untuk umum hanya dengan mengikuti pelatihan 1-2 kali pelatihan saja.
Sebagai contoh, di Arab Saudi orang yang ingin membuka praktik bekam, maka dia harus sekolah dua tahun terlebih dahulu, sehingga ilmunya pasti dan berpengalaman.
“Selain itu, praktiknya berada di bawah kendali atau pengawasan orang yang sudah berpengalaman,” kata Ustadz yang juga alumni Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta, sebagaimana dikutip dari video resminya.
Ketiga, thibbun nabawi harus sesuai dosis dan indikasinya. Contohnya, mengkonsumsi habatussauda dan madu, ini harus ada dosis dan indikasi, bukan sekedar asal-asalan.
Keempat memiliki kemampuan mendiagnosis penyakit, dapat membedakan berbagai macam penyakit, dan ini perlu pengalaman dan belajar yang lama.
Kemudian yang kelima atau terakhir, thibbun nabawi juga terkait dengan keimanan. Untuk itu perlu keimanan yang mantap, dan kuat, agar thibbun nabawi bisa terwujud dan bisa mengobati banyak orang.
Apabila keimanannya kurang karena banyak melakukan maksiat, maka bisa jadi Allah SWT tidak akan mengabulkan kesembuhan tersebut. (rol)