“Pemerintahan Di bawah Pemeliharaan Saudi”. Itu judul artikel yang ditulis di harian Israel Yodiot Aharonot oleh Seifer Blotsker, pengamat politik Israel, terhadap hasil kesepakatan Makkah antara Hamas dan Fatah beberapa waktu lalu.
Dalam tulisannya Seifer menyebutkan bahwa Hamas telah meraih kemenangan dari kesepakatan Makkah lantaran mendapat legitimasi politik dan perlindungan Saudi secara finansial dan politik. Hasil kesepakatan Makkah sungguh mengejutkan dan berbeda dengan dugaan publik Israel sebelumnya.
Seifer menulis kekagumannya atas ketangguhan Hamas menghadapi tekanan luar biasa setelah memenangkan pemilu. Namun kekaguman itu disertai dengan tudingan-tudingan keji dengan menyebut Hamas sebagai organisasi teroris.
“Lebih dari satu tahun setelah kemenangan Hamas di pemilu parlemen Palestina, setelah blokade luar biasa dari berbagai bentuk, ekonomi dan politik yang diterapkan dunia terhadap pemerintahan Palestina, setelah publik Arab secara resmi juga menolak pemerintahan Palestina, setelah lilitan kemiskinan yang begitu menyakitkan, setelah kekerasan demi kekerasan yang terus menggempur, setelah penderitaan yang semakin lama semakin melemahkan, ternyata Hamas tetap tidak tunduk pada tuntutan dunia. Hamas ternyata tidak mundur selangkahpun dan tidak mengangkat tangan untuk menyerah. "
"Hamas justru berhasil memimpin gerakan ‘terorisme’ yang lebih besar. Mereka mengerti bagaimana melakukan konspirasi dan penyerangan bila mereka ingin melakukanya. Mereka mampu secara baik menguasai kekuatan Fatah yang lemah secara kepemimpinan. Mereka mengabaikan gertakan Abu Mazen yang ‘omong kosong’. Mereka juga mengabaikan tekanan Mesir."
"Mereka bisa mengimbangi antara ucapan dan pertumpahan darah. Dan sekarang, setelah penandatanganan Kesepakatan Makkah, mereka layak merayakan kemenangan puncaknya. Di Makkah mereka bisa menembus jalan dengan memperoleh legitimasi internasional bagi Hamas sebagai wakil demokrasi yang memang terpilih oleh rakyat Palestina. Hamas memperoleh apa yang mereka inginkan tanpa sedikitpun mundur dari prinsip dan keyakinan perjuangannya selama ini. ”
Demikian bagian dari isi tulisan Seifer. Menurutnya, sebuah gerakan perlawanan tidak bisa melakukan aktifitasnya hanya dengan menguasai sebuah pemerintahan. Tapi ia juga memerlukan payung politik yang luas untuk dapat menentukan otoritasnya tanpa berbenturan dengan dunia peradaban modern.
Lebih lanjut kolumnis Israel ini mengatakan, dukungan Saudi Arabia terhadap pemerintahan baru yang akan dibentuk, bisa mengabaikan blokade ekonomi yang selama ini menjadi senjata dunia untuk menekan Hamas.
“Seandainya blokade dunia itu juga tidak dicabut, efeknya sudah tidak akan begitu berbahaya. Karena bantuan Saudi Arabia dan para pendukungnya sudah pasti akan mengirimkan dana bantuannya lepada pemerintahan Palestina setiap tahun, minimal sebesar tiga milyar dollar. Itupun tidak berpengaruh apa-apa untuk Saudi mengingat penghasilan minyaknya di tahun lalu mencapai keuntungan sebesar 480 milyar dollar, " tulis Seifer.
Maka, dalam pandangan publik Israel, jelas hasil kesepakatan Makkah merupakan realitas yang menggelisahkan. Perang yang dilancarkan dunia kepada Hamas berakhir dengan kekalahan dunia.
“AS tidak mungkin menolak kesepakatan yang memang dilahirkan oleh internal Palestina sendiri terlebih Saudi Arabiya yang turut mendukungnya. Sementara bagi AS, posisi Saudi jelas sangat strategis."
Dalam artikel itupun diurai, Saudi merupakan suplier minyak ketiga bagi AS, yakni sekitar 14 persen. Dalam waktu dekat, Saudi bahkan akan melakukan investasi sebesar 650 juta dolar untuk pengembangan infrastruktur dalam negeri, seperti pengembangan penyulingan minyak dan gas, pembangkit tenaga listrik, bandara, sarana teknologi informasi dan lainnya. Jadi, bisa dikatakan sulit bagi AS untuk menolak hasil Kesepakatan Makkah yang dimediatori oleh Saudi.
Penulis menyalahkan Olmert yang begitu fokus dan gencar menekan Hamas dengan keyakinan buta melalui blokade ekonomi dan politik. Blokade seperti ini ternyata merupakan langkah yang tidak menguntungkan dan tidak membuahkan apa-apa kecuali semakin menguatkan tekad dan keinginan rakyat Palestina melawan kepentingan Zionis Israel. (na-str/assbl)