Sejumlah pengamat memandang bahwa keberadaan Hamas di pemerintahan sejak satu setengah tahun lalu, membawa kemunduran dalam aspek perlawanan senjata yang menjadi konsentrasi Hamas sebelumnya.
Para pengamat menganggap program pemerintahan telah mendistorsi program perlawanan militer Hamas terhadap Zionis.
Tapi Hamas, yang menyadari tingkat perlawanannya menurun ketimbang sebelumnya, mengatakan bahwa apa yang dilakukannya bukanlah kemunduran melainkan taktik “hit and run” dalam melawan penjajah Israel. Hamas juga mengatakan kali ini mereka memiliki perhitungan prioritas yang harus dilakukan. Di sisi lain, Hamas mengatakan, aksi perlawanan tidak hanya terbatas pada aksi angkat senjata.
Dalam pernyataannya kepada Islamonline, Adnan Abu Amir, pakar masalah gerkaan Islam mengatakan, “Kebanyakan pengamat menduga, sulit menggabungkan kemampuan antara pemerintahan dengan perlawanan bersenjata. Dan ini terlihat dalam aspek menurunnya jumlah aksi bersenjata secara kualitas dan kuantitas oleh Hamas setelah mereka satu setengah tahun masuk ke wilayah pemerintahan. ”
Ia menambahkan, “Mustahil memadukan program pemerintahan dengan program perlawanan. Jelas sekali program pemerintah mengalahkan program perlawanan milik Hamas. ”
Ia menyarankan agar Hamas tidak memutus tali perlawanan yang selama ini dilakukannya dengan menyeimbangkan program pemerintahan dengan program perlawanan. Ia juga menjelaskan, diakui atau tidak, perlawanan telah menarik simpati publik untuk Hamas sebagai gerakan yang melakukan perlawanan terhadap penjajah, di sisi lain para kader Hamas dikenal bersih sementara banyak penyimpangan yang dilakukan pihak non-Hamas.
Dr. Aeman Yusuf, Dosen Ilmu Politik di America University di Jenin, Tepi Barat, mengamini apa yang disampaikan oleh Abu Amir. Ia mengatakan memang nyaris sulit menggabungkan antara perlawanan senjata dengan pemerintahan. “Ada kebijakan politik dari pimpinan Hamas untuk menghentikan aksi senjata dan serangan mati syahid dalam suatu fase akibat berbagai tekanan yang dialami organisasinya, ” ujarnya.
Sejumlah komentar itu ditanggapi oleh Dr. Shalah Bardewil, salah satu pimpinan Hamas. Ia mengatakan, “Sejauh ini, Hamas bisa mengelola peperangan dengan tepat dan berani. Inilah yang diamakan strategi kapan menyerang dan kapan berlari (hit and run). Peperangan dengan pola seperti ini lebih bagus dilakukan dan bukan berarti sama sekali memutuskan aksi perlawanan. ”
Menurut Bardewil, perlawanan juga tidak hanya berarti aksi angkat senjata. Melainkan harus dipahami secara komprehensif, sebagai semua upaya untuk mengusir penjajah Amerika dan Israel, dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip tertentu dalam menghadapi tekanan yang ada. Di samping itu, juga harus berupaya membuka pengepungan dan embargo ekonomi dan politik yang sekarang dialami Palestina. (na-str/iol)