Pengakuan Al-Hajj: di Guantanamo, Tikus Diperlakukan Lebih Manusiawi

Juru kamera Al-Jazeera, Sami al-Hajj menceritakan pengalamannya selama mendekam di kamp tahanan Guantanamo milik militer AS, selama hampir enam setengah tahun. Menurut al-Hajj, tikus-tikus diperlakukan lebih manusiawi dibandingkan para tahanan, di kamp penjara itu.

"Saya beruntung, karena izin Allah saya dibebaskan, " kata al-Hajj, begitu tiba di tanah kelahirannya Sudan, Jumat pagi kemarin.

Ia diangkut dengan menggunakan pesawat angkatan udara AS. Dalam keadaan masih terbaring di atas tandu, al-Hajj langsung dibawa ke rumah sakit begitu pesawat mendarat di Sudan. Setelah itu, terjadilah pertemuan yang mengharukan antara al-Hajj dengan isteri dan anak lelakinya. Kondisi al-Hajj yang sangat jauh berbeda dengan kondisinya sebelum ditahan di Guantanamo, membuat seorang saudara laki-lakinya sempat tidak mengenali al-Hajj.

Tapi al-Hajj dengan sedih mengingat nasib para tahanan lainnya yang berasal dari sekitar 50 negara, yang masih berada di Guantanamo. "Saya sangat bahagia, bisa kembali ke Sudan. Tapi saya sangat sedih karena kondisi saudara-saudara kita di Guantanamo yang sangat, sangat buruk, " ujar al-Hajj.

Kamp penjara Guantanamo adalah kamp penjara milik AS tempat menampung orang-orang yang dicurigai sebagai teroris dari berbagai negara. Penjara ini kemudian sangat terkenal dan menjadi kontroversi, setelah terungkap perlakuan kejam dan tidak senonoh para sipir penjara terhadap para tahanan yang mayoritas Muslim.

"Di Guantanamo… tikus-tikus diperlakukan lebih manusiawi. Kemanusiaan kami, kemuliaan kami sebagai manusia telah dilanggar dan pemerintah Amerika telah melangkahi semua nilai kemanusiaan, semua nilai morald dan semua nilai agama, " papar al-Hajj.

"Dan mereka (AS) tidak akan memberikan hak-hak para tahanan seperti mereka memberikannya pada hewan, " sambung al-Hajj yang juga mengeluhkan karena selama lebih dari tujuh tahun banyak tahanan yang tidak diberi kesempatan kasusnya diadili di pengadilan sipil, agar mereka bisa membela diri.

Al-Hajj adalah satu-satunya jurnalis yang ditahan di Guantanamo. Ia ditangkap oleh aparat intelejen Pakistan di dekat perbatasan Afghanistan pada Desember 2001. Meski memegang visa resmi sebagai jurnalis yang bekerja untuk stasiun televisi al-Jazeera, oleh aparat intelejen Pakistan al-Hajj diserahkan kepada militer AS pada Januari 2002 dan dikirim ke kamp penjara Guantanamo. Ia dituding sebagai "pejuang musuh" dan kasusnya tidak pernah diproses secara hukum oleh pihak AS.

Sejak juru kameranya ditangkap dan ditahan, Al-Jazeera giat berkampanye untuk membebaskan al-Hajj. Sebagai bentuk protes atas penahanannya, al-Hajj melakukan aksi mogok makan sejak 7 Januari 2007. (ln/aljz)