Keuskupan Agung Gereja Katolik Roma di Los Angeles, AS menyatakan siap membayar ganti rugi materil pada ratusan orang yang menjadi korban pelecehan sex para pendeta di gereja keuskupan itu, yang terjadi sejak era 1940-an sampai era 1990-an.
Kepala Keuskupan Kardinal Roger Mahony menyampaikan permohonan maafnya dan menyebut kasus ini sebagai "dosa dan kejahatan yang sangat buruk" dan pihaknya siap membayar 660 juta dollar sebagai ganti rugi pada sekitar 508 orang korban. Tiap korban akan menerima lebih dari satu juta dollar.
Ganti rugi itu menjadi ganti rugi terbesar yang pernah dikeluarkan oleh gereja dalam beberapa tahun belakangan ini. Selain ganti rugi, gereja juga diharuskan membuka dokumen-dokumen tentang kasus para pendetanya yang selama ini dirahasiakan.
Kuasa hukum para korban Jeff Anderson menyatakan, ada indikasi bahwa pimpinan keuskupan sebenarnya tahu kasus-kasus pelecehan seksual yang dilakukan para pendetanya, tapi tidak menanggapi pengaduan-pengaduan yang disampaikan padanya.
Barbara Blaine, pendiri lembaga Survivors Network of those Abused by Priest mengatakan, "Kardinal Mahony dan para pemimpin gereja lainnya harus menjadi saksi di bawah sumpah dan menceritakan yang sebenarnya, seberapa banyak mereka tahu dan betapa tak banyak yang mereka lakukan untuk melindungi anak-anak, setelah mereka tahu kasus itu. "
"Apa yang kita saksikan adalah kenyataan yang mengerikan bahwa ratusan anak-anak mengalami pelecehan seksual, diperkosa, disodomi oleh para pendeta dan pimpinan gereja mengetahuinya, " papar Blaine.
Kasis ini akan mulai disidangkan pada hari ini, Senin (16/7), berdasarkan gugatan pelecehan seksual yang diajukan oleh 12 korban terhadap mantan pendeta bernama Clinton Hagenbach. Hagenbach sendiri sudah meninggal 20 tahun yang lalu.
Salah seorang penggugat Steven Sanchez yang akan bersaksi dalam sidang pertama hari ini mengatakan, bahwa perasaannya campur aduk, kadang merasa lega kadang merasa kecewa.
"Saya siap secara mental menghadapi keusukupan di persidangan, saya gembira semua korban akan diberi kompensasi, " ujarnya.
Menurut Sanchez, yang kini berprofesi sebagai perencana keuangan, sikap para korban terbagi dua. Ada kelompok korban yang memperjuangkan kasus ini agar bisa terbuka ke publik dan diusut di pengadilan, dan ada kelompok korban yang tidak menginginkan kasus ini diproses secara terbuka dan diketahui publik.
Korban lainnya bernama Mary Grant pada situs al-Jazeera mengungkapkan, "Saya dan juga ratusan korban lainnya yang mengajukan gugatan, melakukan ini karena para pejabat gereja seperti Kardinal Mahony dan yang lainnya, menolak untuk memberitahukan pada anggota paroki tentang para pendeta yang telah melecehkan mereka atau memecat para pendeta itu dari keparokian. " (ln/aljz)