Pendekatan Agama untuk Berdayakan Kaum Perempuan Afghanistan

Enam tahun yang lalu, aktivis perempuan di Afghanistan Wazhma Frogh harus berhadapan dengan seorang Mullah garis keras agar ia bisa mengajarkan membaca dan menulis pada kaum perempuan di provinsi Badakhstan. Saat itu, ia membacakan lima ayat al-Quran dan maknanya, sehingga sang Mullah malah berbalik mendukung program pemberantasan buta hurufnya.

"Allah memberkatimu, anakku, " kata sang Mullah yang semula ingin membunuh Wazhma, sambil meletakkan telapak tangannya ke kepala Wazhma.

Lima ayat al-Quran yang disampaikan Wazhma pada sang Mullah adalah ayat-ayat al-Quran yang isinya tentang pentingnya pendidikan, toleransi dan perintah untuk tidak menyakiti manusia lain. Wazhma membuktikan pada Mullah itu bahwa Quran mengajarkan pemberdayaan terhadap kaum perempuan.

Bisa dibilang berkat ayat-ayat itulah, kaum perempuan di Aghanistan khususnya di provinsi Badakhstan bisa menikmati hak-haknya terutama hak mengenyam pendidikan, setidaknya mereka tidak buta aksara.

Sebagai seorang aktivis perempuan yang bekerja untuk berbagai lembaga sosial, Wazhma memang kerap harus meluruskan pandangan dan penafsiran yang salah sejumlah Mullah fanatik yang sering ia jumpai di Afghanistan. Ia, misalnya, pernah mendebat seorang Mullah yang mengatakan bahwa seorang pria dibenarkan untuk memukul isterinya dan menolak pendidikan bagi kaum perempuan.

"Tentu saja apa yang saya lakukan beresiko. Saya bisa kehilangan nyawa saya selama proses ini, tapi jika saya mampu membuka pintu bagi hak-hak perempuan, maka itu akan sangat berharga sekali, " ujar Wazhma.

Ia mengungkapkan keyakinanannya bahwa ajaran agama punya kekuatan untuk mengoreksi pandangan-pandangan yang salah, yang sudah terlanjur menguratakar di masyarakat. Terutama pandangan yang menempatkan kaum perempuan pada level rendah, karena salah menafsirkan atau salah memahami teks-teks keagamaan.

"Di negara, di mana agama sangat penting bagi masyarakatnya, kita perlu memahami ajaran agama bersangkutan, " kata Wazhma pada Christian Science Monitor. Dan ia lebih memilih melakukan pendekatan agama yang argumentatif untuk mengikis budaya patriarki yang kuat di Aghanistan.

"Selama 10 tahun pengalaman saya, pendekatan semacam itu tidak menjadi masalah bagi masyarakat Afghanistan, " ujarnya.

Untuk itu Wazhma selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuannya tentang Islam lewat studi dan riset. "Tujuan saya, saya benar-benar ingin menampilkan Islam bahwa agama ini bukan agama yang menindas perempuan, " tandasnya. (ln/iol)