Pemuka Agama Evangelis: Politisi AS Eksploitasi Agama untuk Kepentingan Politik

Lebih dari 80 pemuka agama, ahli teologi dan pastor agama Kristen Evangelis di AS mengungkapkan kekhawatirannya atas sepak terjang para politikus di Negeri Paman Sam yang mengeksploitasi ajaran Evangelisme untuk kepentingan politik mereka.

Kekhawatiran itu mereka tuangkah dalam bentuk manifesto, yang isinya mengingatkan bahwa istilah Evangelis sudah kehilangan makna religiusnya, akibat perilaku para politisi yang memanfaatkan agama untuk kepentingan politiknya, sehingga tejadi kebingungan di kalangan penganut Evangelis.

"Kami ingin menegaskan kembali identitas kami. Evangelis adalah penganut Kristen yang menyatakan diri mereka, keyakinan mereka dan cara hidup mereka yang mengacu pada Kabar Baik Yesus dari Nazareth. Kami, para penganut Evangelis didefinisikan secara teologi, dan bukan dimaknai secara politik, sosial atau budaya, " demikian isi Manivesto Evangelis yang dirilis Kamis (8/5).

Sejumlah tokoh Evangelis di AS yang ikut menandatangani manifesto itu antara lain, penulis terkenal Os Guinness, Presiden National Association of Evangelicals yang beranggotakan sekitar 30 juta orang Leith Anderson dan para akademisi Evangelis.

Agama Kristen dari aliran Evangelis adalah salah satu keyakinan yang pertumbuhannya cukup pesat di AS. Satu dari empat warga AS, menyatakan dirinya sebagai penganut evangelis termasuk Presiden AS George Bush. Pengaruh para penganut Evangelis dalam panggung perpolitikan di AS juga makin kuat, mereka memainkan peran penting sebagai pendukung Bush sehingga ia terpilih menjadi presiden AS dalam pemilu tahun 2004. Saat ini, 37 persen orang-orang Republik adalah penganut agama Kristen Evangelis.

Manifesto itu mengecam penganut Kristen baik yang beraliran kiri maupun kanan, yang telah menggunakan agama untuk kepentingan politiknya, dengan mengait-ngaitkan agama tersebut dengan pernyataan-pernyataan politik mereka yang terkadang jauh dari kebenaran yang ada di alkitab.

"Keyakinan agama Kristen dijadikan senjata oleh partai-partai politik. Umat Kristiani menjadi ‘orang-orang idiot’ yang dimanfaatkan oleh partai-partai politik dan ajaran Kristen menjadi sebuah ideologi, " tulis manifesto tersebut.

Meski demikian, manifesto itu tetap mendorong kaum Evangelis untuk tetap berperan serta dalam politik dan tetap memegang teguh ajaran Evangelis dalam isu-isu sosial seperti pernikahan dan lingkungan. (ln/iol)