Entah bagaimana nasib warga Muslim di Perancis jika Phillipe de Villiers terpilih menjadi presiden Perancis dalam pemilu yang bakal digelar tahun 2007 nanti. Ketua Gerakan Anti Imigran Perancis (MPF) ini dalam wawancara dengan radio Europe 1 pada Minggu (23/4), membeberkan tema kampanye yang akan diluncurkannya dalam pemilihan presiden Perancis tahun depan. Salah satunya adalah menolak apa yang ia sebut sebagai "Islamisasi" di Perancis. Ia juga menilai Islam tidak sesuai dengan nilai-nilai sekularisme yang berlaku di Perancis.
"Saya satu-satunya politisi yang mengatakan kebenaran pada Perancis tentang Islamisasi Perancis," katanya dalam wawancara itu seperti dikutip Reuters.
Untuk itu, menurut Villiers, Perancis harus melakukan langkah-langkah guna melawan gerakan Islamisasi itu antara lain dengan menghentikan semua pembangunan masjid-masjid, memberlakukan piagam kewarganegaraan yang secara ketat meminta warga negara untuk pemisahan antara agama dan negara, kebebasan untuk berpindah agama serta dengan tegas meminta warga negara Perancis untuk menghormati persamaan antara pria dan wanita. Selain itu juga melarang semua organisasi Islam yang dicurigai punya hubungan dengan terorisme dan mengusir setiap orang yang dianggap mengancam keamanan rakyat Perancis.
Lebih jauh dalam wawancara itu Villiers menyatakan bahwa bandara Charles de Gaulle di Paris sudah disusupi oleh kelompok Islam radikal dengan cara infiltrasi di jajaran staf bandara tersebut. Villiers mengungkapkan dengan detil tudingannya itu dalam bukunya yang akan diluncurkan Kamis (27/4) berjudul The Mosques of Roissy.
Dalam beberapa minggu ini, Villiers sudah banyak menimbulkan kontroversi dengan pernyataan-pernyataan kerasnya tentang umat Islam. Oleh sejumlah kritikus, Villiers dinilai rasis. Sementara pejabat pemerintah Perancis, menilai Villiers terlalu berlebihan.
Terkait dengan tuduhannya tentang infiltrasi kelompok-kelompok radikal kedalam jajaran staf bandara Charles de Gaulle, para pejabat di Perancis mengatakan, para pekerja yang dicurigai akan terus diawasi dan jumlahnya sangat sedikit
Menteri Dalam Negeri Nicolas Sarkozy dan Menteri Kehakiman Dominique Perben dalam kunjungannya ke bandara itu pekan kemarin mengatakan, dari 83.000 pegawai bandara hanya 122 yang akan diawasi.
Islam Tidak Sesuai dengan Nilai-Nilai Sekular
Villiers juga mengungkapkan ketidakpercayaannya dengan Islam yang moderat. Ia bahkan mengatakan bahwa agama Islam tidak sesuai dengan sistem demokrasi di Perancis. Karena Islam, kata Villiers, menuntut loyalitas dari bangsa-bangsa Muslim terhadap satu khalifah, ingin menerapkan hukum Islam dan mengajarkan jihad.
"Saya pikir, memang ada umat Islam yang moderat. Mereka bahkan menjadi mayoritas. Tapi saya tidak percaya ada Islam yang moderat. Saya pikir Islam bertentangan dengan Republik Perancis," ujarnya.
Padahal seorang orientalis Bruno Etienne mengakui bahwa Islam tidak menimbulkan ancaman bagi sekularisme dan banyak Muslim Perancis yang berinisiatif untuk mengadaptasi hukum sekular Perancis.
Esther Benbassa, seorang pakar di bidang kelompok monoritas telah menyerukan agar Perancis meninjau kembali konsep sekularismenya agar bisa melindungi hak-hak warga minoritas. Menurutnya, selama berpuluh-puluh tahun konsep sekularisme membuat Eropa Barat mengalami ‘krisis identitas.’
Jumlah Muslim di Perancis diperkirakan mencapai 6 juta orang atau sekitar 10 persen dari jumlah total penduduk Perancis. Sekitar 1,8 orang di antaranya memiliki hak pilih. Warga Muslim di Perancis berasal dari kurang lebih 53 negara, mayoritas berasal dari Aljazair,
Kaum intelektual di Perancis mengakui bahwa oragnisasi-organisasi Islam di Perancis, telah membuat langkah besar dan berperan positif dalam melawan kampanye yang bernuansa rasis. Saking rasisnya, banyak warga Muslim di Perancis yang mengubah namanya dan menyembunyikan asal-usulnya agar terhindar dari diskriminasi dan penangkapan polisi.
Tokoh intelektual Vincent Geisser misalnya mengatakan, warga Muslim Perancis telah membuktikan bahwa mereka bagian yang tidak bisa dipisahkan dari Perancis. Ia memncontohkan ‘rasa kesatuan nasional’ yang ditunjukkan warga Muslim untuk membantu pembebasan dua warga negara Perancis yang disandera di Irak. (ln/iol)