TPS di seluruh Jordan dibuka Rabu untuk pemungutan suara parlemen terjadi untuk pertama kalinya sejak aksi protes massa yang mulai terasa dari Arab Spring.
Tapi pemilu itu diboikot oleh gerakan Islamis. Langkah boikot ini belum pernah terjadi sebelumnya , dan mereka mengharapkan menjadi parlemen oposisi bebas.
Pro-reformasi protes terjadi di seluruh kerajaan Jordan selama bulan-bulan terakhir ini, kombinasi dari pemuda dan gerakan Islam telah menuntut reformasi politik dan ekonomi secara total.
Ikhwanul Muslimin yang cukup kuat dan Front Reformasi Nasional yang didirikan oleh mantan perdana menteri dan kepala intelijen Ahmad Obeidat tertinggal jauh dari jajak pendapat, yang dibuka selama 12 jam mulai pukul 7:00 (04:00 GMT).
Tapi pemilu “akan menambah masalah, bukan memecahkan masalah , terutama di bawah situasi boikot”. Kita akan melihat nanti sebuah parlemen yang tidak memiliki bobot politik, “analis Oraib Rintawi, di Pusat Al-Quds untuk kepala Studi Politik, kepada AFP.
Raja Abdullah II telah mengatakan bahwa ia berencana untuk pertama kalinya untuk berkonsultasi dengan anggota parlemen sebelum penamaan resmi model pemerintahan perdana menteri,
Namun gerakan Islam mengatakan , belum dan tidak ada keinginan nyata dari pihak kerajaan untuk reformasi , “Boikot kami adalah keputusan yang tepat karena parlemen atau pemerintah yang dipilih nanti adalah orang yang tidak sah,” kata Zaki Bani Rsheid, wakil pimpinan Ikhwan.
Para gerakan Islamis memenangkan enam kursi dalam pemilu 2007 namun tiada pengaruh yang cukup besar pada masyarakat.
Raja Abdullah telah mendesak orang untuk ambil bagian dalam pemilu ini ,dan menyebut pihak yang boikot telah melakukan “salah perhitungan yang luar biasa,” dan Rabu telah dinyatakan sebagai hari libur nasional untuk mendorong 2,3 juta pemilih terdaftar untuk memilih calonnya.
Jajak pendapat pada saat Jordan menghadapi masalah ekonomi yang akut, termasuk $ 5 miliar (3,6 miliar euro) defisit anggaran, dan tantangan dalam menghadapi lebih dari 300.000 pengungsi Suriah yang melarikan diri dari negara yang dilanda perang mereka. (Dz/Al arabiya)