Persaingan politik memang bisa menjadikan seseorang atau kelompok memanfaatkan segala cara. Di Aljazair, jelang pemilu tingkat distrik yang akan diselenggarakan pada 29 November, menjadikan tim sukses dan para kandidat menempuh jalur masjid sebagai ajang kampanye.
Mereka secara langsung menyebut nama terhadap dukungannya. Anehnya lagi, hal itu dilakukan oleh imam dan khatib masjid.
Sejumlah Imam dan khatib shalat Jum’at pada pekan lalu misalnya, secara terus terang menyerukan jamaah untuk memilih partai yang menjadi afiliasinya atau partai yang menjadi pilihannya. Sikap seperti ini, mengundang aparat keamanan untuk berjaga-jaga khawatir munculnya perselisihan dengan kelompok lain.
Di masjid di kota Zaraldah, yang terletak di pantai Barat Aljazair, Imam masjid secara spesifik menyampaikan khutbah bertajuk pemilu distrik yang akan datang. Ia kemudian mengajak jamaah untuk memilih salah satu kandidat dari partai Islam dalam pemilu. Pemandangan yang sama terjadi di Masjid Umar bin Khattab yang terletak di ibukota Aljazair.
Imam Masjid menggunakan momentum penutup khutbahnya dengan mengingatkan jamaah terhadap upaya dan peran yang selama ini dilakukan oleh walikota dalam membangun masjid. Menurut para jamaah, itu adalah kampanye tidak langsung agar masyarakat mendukung walikota yang merupakan pimpinan Front Pembebasan Nasional, sekaligus partai penguasa, yang juga menjadi kandidat dalam pemilu distrik ini.
Seorang imam masjid di tempat lain, juga tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengingatkan jamaah atas calon yang didukungnya. Ia juga menyampaikan bahwa calon dari Perhimpunan Nasional Demokratik, salah satu partai yang berkoalisi dengan pemerintah, juga disebut telah melakukan banyak peran terhadap masjid di dalam kota. Dan hal itu kemudian memunculkan kritik dan kekecewaan jamaah shalat Jum’at.
Menurut laporan harian lokal di Aljazair, sejumlah sikap yang sama juga terjadi di berbagai daerah lainnya. Menanggapi hal ini, Abdullah Thamin, staf ahli Menteri Urusan Agama dan Wakaf Aljazair pun segera akan melarang aktifitas kampanye di masjid. “Praktik politik praktis di rumah-rumah Allah adalah garis merah yang tak boleh dilanggar, ” jelasnya. (na-str/iol)