Pemilu di Pakistan, Dijaga Ketat Ribuan Tentara dan Polisi

Pakistan hari ini, Senin (18/2) menggelar pemilihan umum di tengah kekhawatiran akan munculnya aksi-aksi kekerasan yang akan mengganggu jalannya pesta demokrasi di negeri itu. Sekitar 80.000 tentara dikerahkan, untuk membantu aparat kepolisian menjaga keamanan selama berlangsungnya pemungutan suara.

Pemilu di Pakistan, seharusnya digelar pada 8 Januari lalu, tapi ditunda akibat insiden pembunuhan Benazir Bhutto ketika sedang berkampanye di Rawalpindi pada 27 Desember silam.

Pemerintah Pakistan menjadikan hari ini hari libur nasional. Suasana di Pakistan nampak sepi dan pelaksanaan pemilu agak tersendat. Di Rawalpindi, petugas dari komisi pemilihan umum harus menunggu para saksi dari partai politik sebelum menyegel kotak-kotak suara, karena mereka tidak datang tepat waktu.

Pemilihan umum untuk anggota parlemen ini akan menjadi ujian bagi popularitas dan kelangsungan jabatan Presiden Pervez Musharraf, yang belakangan ini anjlok citranya karena berbagai kebijakan dan manuver politik yang dilakukannya. Rakyat Pakistan menuding kebijakan pemerintahan Musharraf telah menyebabkan situasi politik di negeri itu menjadi panas, sehingga menyebabkan kenaikan harga-harga, langkanya barang kebutuhan sehari-hari, belum lagi seringnya pemadaman listrik.

Hasil pemilu sementara diharapkan sudah bisa diketahui malam ini juga. Sekitar 81 juta dari 160 juta jumlah penduduk Pakistan, terdaftar sebagai peserta pemilu yang dimonitor oleh ratusan lembaga monitor asing dan ribuan lembaga monitor Pakistan. (ln/al-arby)