Satu hari menjelang pelaksanaan pemilu di Afghanistan, aksi-aksi kekerasan makin meningkat.Kelompok Taliban mengklaim sebagai pelaku berbagai aksi kekerasan itu sebagai upaya untuk menggagalkan pemilu. Sementara pemerintah Afghanistan menyerukan media massa internasional untuk tidak melaporkan aksi-aksi kekerasan yang terjadi yang dianggap bisa mengganggu pelaksanaan pemilu.
Kota Kabul hari ini, Rabu (19/8) kembali diwarnai ketegangan oleh serentetan bunyi ledakan dan tembakan. Aparat keamanan Afghanistan berusaha melumpuhkan sekelompok lelaki bersenjata yang menyerbu sebuah bank di kota itu, yang letaknya tidak jauh dari istana kepresidenan. Taliban mengklaim pelaku penyerbuan ke bank itu adalah anggota kelompoknya. Dalam insiden tersebut, aparat keamanan Afghanistan berhasil menembak mati tiga orang anggota komplotan dan sampai siang hari mereka masih mencari anggota komplotan lainnya yang diduga masih bersembunyi di dalam bank.
Beberapa hari belakangan ini, kota Kabul menjadi sasaran aksi-aksi kekerasan. Hari Selasa kemarin, konvoi pasukan International Security Assistance Force (ISAF) NATO yang melewati jalan Jalalabad-Kabul, menjadi sasaran serangan bom bunuh diri. Sedikitnya delapan orang-termasuk seorang tentara NATO dan dua pegawai PBB-tewas dan 52 orang lainnya luka-luka.
Beberapa jam sebelum serangan itu, dua roket menghantam komplek istana kepresidenan dan markas besar polisi di kota Kabul. Tidak ada korban jiwa dalam serangan ini. Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut.
Sebagai reaksi atas sejumlah aksi serangan tersebut, kementerian luar negeri Afghanistan mengeluarkan pernyataan yang isinya menghimbau media massa agar tidak memberikan insiden-insiden kekerasan menjelang pelaksanaan pemilu yang tinggal 24 jam lagi.
"Semua media massa baik lokal maupun internasional diminta menahan diri untuk tidak memberitakan atau menyiarkan aksi-aksi kekerasan selama proses pemilu berlangsung. Ini penting untuk mendorong partisipasi masyarakat luas dalam memberikan hak suaranya," demikian pernyataan kementerian luar negeri Afghanistan.
Pasukan NATO menjamin akan melindungi rakyat Afghanistan yang ingin pergi ke tempat pemungutan suara. NATO mempersiapkan 100.000 pasukannya yang berjaga-jaga pada hari pemungutan suara.
"Upaya yang kami lakukan bersama aparat keamanan Afghanistan difokuskan pada perlindungan terhadap rakyat Afghanistan dari ancaman para pemberontak, sehingga mereka bisa bebas memberikan hak suaranya untuk memilih presiden dan wakil-wakilnya di daerah," kata Brigadir Jenderal Eric Tremblay, jubir NATO.
Tapi kelompok Taliban juga menyerukan agar rakyat Afghanistan memboikot pemilu. Taliban mengancam akan memotong jari mereka yang memberikan suara dalam pemilu dan akan menyerang tempat-tempat pemungutan suara.
Sementara itu, analis politik senior Marwan Bishara mengatakan bahwa pemilu akan menjadi ujian bagi AS dan Taliban. Pemilu menurut kerangka berpikir AS, untuk menunjukkan bahwa situasi keamanan, stabilitas dan persatuan di kalangan rakyat di negeri itu sudah membaik. Tapi Taliban, papar Bishara, berpikir sebaliknya. "Taliban berusaha menunjukkan bahwa tidak ada stabilitas di Afghanistan. Bahwa Afghanistan tidak aman dan rakyatnya terpecah belah," ujar Bishara. (ln/prtv/aljz)