Hasil awal dari pemilihan parlemen Tunisia telah menunjukkan faksi sekuler Partai Nidaa Tounes memimpin dalam pemungutan suara , setelahnya diikuti oleh partai Ennahda Islam, sebuah pergeseran baru di peta politik negara Afrika Utara.
“Kami memiliki indikasi positif bahwa Partai Nidaa Tounes bisa memimpin,” ujar pemimpin partai Beji Caid Essebsi dikutip oleh Agence France Presse (AFP) pada Senin, 27 Oktober.
Dalam pemilihan parlemen pertama negara itu sejak revolusi 2011 , sekitar 60% dari 5,2 juta pemilih Tunisia berhak menuju tempat pemungutan suara pada hari Minggu, untuk memilih 217 anggota parlemen.
Menurut sumber Nidaa Tounes yang dikutip oleh Reuters, partai ini telah memenangkan lebih dari 80 kursi, sedangkan Ennahda mengumpulkan 67 kursi parlemen .
Setidaknya 80.000 tentara angkatan darat dan polisi dikerahkan untuk mengamankan pemilu setelah peringatan Perdana Menteri dari “serangan jihad yang mungkin ditujukan untuk mengganggu pemilihan parlemen negara itu”.
Analis percaya bahwa tidak ada pihak yang memenangkan mayoritas dalam pemilihan parlemen.
Untuk membentuk pemerintah Tunisia baru, beberapa pihak cenderung membuat kesepakatan koalisi dalam waktu seminggu ini.
Sejak revolusi 2011 , ketika menggulingkan presiden lama Zine El Abidine Ben Ali, partai Ennahda Rachid Ghannouchi ini muncul sebagai kekuatan politik terkemuka di Tunisia. Namun , seringnya gannguan dari pihak sekuler dan demonstrasi yang meluas menyebabkan partai Islam ini tidak mampu mengangkat perekonomian negara tersebut sehingga membuka peluang partai partai sekuler menjadi pilihan rakyat Tunisia, inilah permainan jebakan Demokrasi. (OI/KH)