Pemerintahan Bush Rekrut Intelejen Israel dalam Program Mata-Mata AS

Pemerintah AS diam-diam menyerahkan tugas pada badan-badan intelejen Israel untuk memata-matai rakyat AS pasca tragedi serangan 11 September 2001. Dua perusahaan telekomunikasi terbesar di AS, AT&T dan Verizon juga terlibat dalam kegiatan mata-mata itu. Mereka berkolaborasi dengan National Security Agency- sebuah lembaga keamanan nasional AS-dalam melakukan penyadapan terhadap lalu lintas komunikasi rakyat AS.

Fakta ini diungkap oleh seorang penulis AS, James Bamford dalam buku terbarunya berjudul "The Shadow Factory: The Ultra-Secret NSA from 9/11 to the Eavesdropping on America." Dalam buku tersebut, Bamford membeberkan bagaimana pemerintah AS menjalankan program mata-mata paska serangan 11 September.

Menurut Bamford, pemerintahan presiden Bush menugaskan National Security Agency (NSA) untuk memonitor dan menyadap percakapan yang dilakukan lewat sambungan telepon pribadi, telepon selular dan telepon nirkabel, serta memantau isi sms, email, situs-situs internet, fax dan perangkat-perangkat keras komputer. Dan dalam melakukan kegiatan mata-mata itu, NSA melibatkan perusahaan telekomunikasi AT&T dan Verizon.

Lebih lanjut dalam bukunya Bamford mengungkapkan bahwa, semua hasil penyadapan yang dilakukan setiap hari diserahkan pada dua perusahaan Israel, Verint dan Narus. Kedua perusahaan yang didirikan di Israel ini, tulis Bamford, melakukan pengintaian terhadap kegiatan komunikasi baik nasional dan internasional dan melakukan penyaringan terhadap lalu lintas komunikasi di "pusat-pusat lalu lintas internet" di seluruh AS. Kedua perusahaan tersebut, juga berwenang mengacaukan lalu lintas komunikasi itu jika dianggap perlu.

"Yang paling berpotensi mendapatkan keuntungan besar dari ‘perkawinan’ antara perusahaan ‘mata-mata’ Israel dan AS yang terpusat pada pemanfaatan jaringan telekomunikasi ini adalah badan-badan intelejen Israel," tulis Bamford.

Fakta yang diungkap Bamford menunjukkan bahwa ada perusahaan Israel yang melakukan operasi mata-mata di jantung negara AS, atas restu pemerintahan AS. Fakta ini makin memperkuat kecurigaan benarkah tragedi 11 September 2001 dilakukan oleh kelompok teroris yang selama ini diyakini AS? (ln/prtv)