Prospek perdamaian Israel-Palestina nampaknya akan menghadapi tantangan baru menyusul terpilihan Ehud Olmert sebagai PM Israel yang baru, yang akan memimpin kabinet koalisi Israel. Pemerintahan Zionis yang akan dipimpin Olmert menegaskan akan memisahkan diri dari Palestina dan akan menganeksasi pemukiman-pemukiman besar di Tepi Barat.
Dalam pidatonya, Olmert mengatakan bahwa Israel sedang membahayakan dirinya sendiri dengan mengisolasi pemukiman-pemukiman di Tepi Barat. Ia juga menyatakan sangat penting untuk mempertahankan mayoritas warga Yahudi dengan memisahkannya dari Palestina.
Olmert mengaku lebih suka melakukan negosiasi tentang masalah pemukiman-pemukiman itu dengan otoritas Palestina. Namun ia meragukan akan ada kemajuan sementara pemerintahan otoritas Palestina dipegang oleh Hamas.
Lebih jauh Olmert mengungkapkan bahwa dirinya siap mengimplementasikan rencananya secara sepihak untuk ‘menyatukan’ sekitar 70.000 pemukim Yahudi di Tepi Barat dan membuat perbatasan-perbatasan baru yang ‘jauh berbeda’ dengan sebelumnya. Tujuan utama Olmert adalah menganeksasi blok-blok pemukiman besar di Tepi Barat yang dihuni kurang lebih 250.000 warga Yahudi.
"Pembubaran yang terus berlanjut di seluruh Yudea dan Samaria (Tepi Barat) menciptakan pembauran yang sulit dipisahkan di kalangan penduduk, dan ini akan membahayakan eksistensi negara Israel," katanya.
"Perbatasan-perbatasan Israel, yang akan ditetapkan tahun depan secara signifikan akan mengalami perubahan dari wilayah-wilayah yang saat ini dikuasai Israel. Bahkan jika warga Yahudi menangis dan hati mereka terluka, kita harus menjaga esensi stabilitas dan kesatuan mayoritas warga Yahudi di negara kita," sambung Olmert.
Ia menambahkan, pelepasan Jalur Gaza dan wilayah utara Samaria adalah langkah pertama yang penting dalam persoalan ini, namun bagian utamanya tetap ada. Rencana Olmert jauh lebih ambisius dibandingkan dengan langkah penarikan mundur warga Yahudi dari Jalur Gaza tahun lalu, bahkan dibandingkan dengan isolasi terhadap pemukiman-pemukiman di Tepi Barat.
Saat ini, meski Israel sudah mundur dari Jalur Gaza, Israel ternyata masih memegang kontrol terhadap perbatasan-perbatasan, udara dan laut di wilayah itu. (ln/aljz/middleeastonline)