Pemerintah Pakistan memakamkan lebih dari 70 jenazah korban yang ditemukan di Masjid Merah, tanpa kehadiran keluarga korban. Peti mayat pertama di turunkan ke liang lahat, di sebuah pemakaman yang berlokasi di pinggiran kota Islamabad. Tidak ada nisan atau tanda pengenal yang diletakkan di makam itu.
Seorang pejabat pemerintah kota Islamabad Rana Akbar Hayat mengatakan, "Kami memakamkan mereka di sini sampai keluarga mereka datang dan melakukan identifikasi, "
Menurutnya, semua korban sudah diambil foto dan sidik jarinya bahkan akan dilakukan test DNA untuk membat keluarga dan kerabat untuk mengenali korban, setelah itu jenazah akan akan diserahkan pada keluarga korban.
Sementara itu, lebih dari 2 ribu orang menyaksikan pemakaman Abdul Rashid Ghazi-salah seorang pimpinan Masjid Merah yang tewas-di daerah asalnya, sebuah desa di provinsi Punjab.
Beberapa pejabat pemerintah Pakistan mengatakan, Presiden Pervez Musharraf akan memberikan penjelasan mengapa pemerintah memutuskan penyerbuan ke Masjid Merah. Otoritas Palestina juga mengatakan tidak menemukan kuburan massal seperti yang diklaim Ghazi. Sebelum tewas, Ghazi menyatakan bahwa ratusan orang yang menjadi korban, dikuburkan secara massal di lingkungan masjid.
"Setelah dilakukan pencarian, tidak ditemukan kuburan massal, " kata Tariq Azeem, deputi menteri penerangan Pakistan.
Namun, kata Azeem, aparat keamanan menemukan satu kepala manusia, yang diduga sebagai korban bom bunuh diri. Selain itu, aparat keamanan juga dilaporkan menemukan paket sabuk yang sudah dipasangi bahan peledak.
Saat ini kompleks Masjid Merah masih dijaga ketat aparat pasukan militer Pakistan. Gulungan kawat berduri dipasang di sekitar masjid.
Setelah aparat keamanan berhasil mengusai Masjid Merah, para orang tua mendatangi rumah sakit setempat, berharap bisa menemukan anak-anak mereka yang belum ketahuan nasibnya.
"Saya sudah mencari ke hampir semua rumah sakit di kota ini, " kata Noor Muhammad yang datang dari Waziristan.
Pemerintah Pakistan mengaku tidak menemukan korban tewas wanita dan anak-anak di dalam kompleks masjid. Media massa dan para pengamat di Pakistan banyak yang meragukan pengakuan pemerintah itu.
"Adalah sebuah keajaiban jika tidak ada kaum perempuan dan anak-anak yang tewas, " kata Anees Jillani, aktivis hak asasi manusia yang juga seorang pengacara. (ln/aljz)