Pemerintah Mesir akan menerapkan kebijakan baru tentang kumandang adzan, khususnya untuk kota Kairo. Setelah kebijakan baru ini, setiap waktu sholat tiba, suara adzan dipusatkan pada satu muazin saja yang disambungkan ke 4.000 pengeras suara yang ada di masjid-masjid besar di kota Kairo.
Kebijakan baru itu dibuat karena banyaknya keluhan terhadap suara adzan yang saling bersahut-sahutan dari berbagai masjid ketika waktu sholat tiba, dengan selisih waktu yang sedikit berbeda-beda, sehingga terdengar bising.
Menteri wakaf Mesir Mahmud Zaqzuq akan menandatangi kontrak pada hari Minggu (7/5) untuk menyediakan sekitar 4.000 pesawat penerima agar adzan bisa dikumandangkan dalam waktu yang sama oleh masjid yang berbeda-beda.
Rencana untuk sentralisasi kumandang adzan sebenarnya sudah dibicarakan sejak tahun 2004 lalu, tapi proyek sentralisasi itu mendapat perlawanan dari kalangan konservatif, sehingga pelaksanaannya terhambat.
Mereka yang menyampaikan keluhan, kebanyakan warga yang tinggalnya dekat masjid. Sebuah komite kemudian dibentuk untuk mempelajari keluhan itu dan membuat proyek sentralisasi adzan, termasuk studi mengenai aspek tekhnik implementasinya. Detil mengenai bagaimana para pelaksana proyek tersebut akan melakukan tugasnya akan dijelasnya hari mingg mendatang.
Zaqzuq juga akan mengumumkan kapan proyek ini akan mulai dilaksanakan dan mengumumkan siapa saja muazin yang memiliki suara indah yang terpilih untuk mengumandangkan adzan.
Ia juga menyatakan siap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul menyangkut legalitas dari proyek tersebut dari perspektif Islam serta alasan pemerintah mengenalkan ide itu.
Kementerian agama di Mesir saat ini bertanggung jawab atas sekitar 90 ribu masjid dan musholla-musholla yang tersebar di seluruh Mesir. Sekitar 4.000 masjid berada di wilayah Kairo Raya yang akan menjadi target pertama dari kebijakan ini. (ln/middleeastonline)