Serangan dimulai sekitar 7 pagi ketika polisi mulai menembakkan gas air mata di kamp protes dan menghancurkan tenda dengan buldoser. Kementerian Dalam Negeri mengatakan pihaknya merencanakan untuk membersihkan demonstrasi protes secara bertahap, pada awalnya dengan memotong pasokan makanan dan air, menghalangi jalur masuk ke lokasi demonstrasi dan membiarkan satu akses keluar yang aman bagi mereka yang berusaha meninggalkan lokasi.
Tapi sekitar 8:00, dekat Universitas Kairo, Polisi menembakkan gas air mata. bahkan di dekat Masjid Rabaa al-Adawiya, beberapa ribu demonstran terjebak tanpa akses keluar yang aman dibawah serangan penembak jitu yang menembak ke arah mereka yang berusaha melarikan diri, dan polisi anti huru-hara mengurung dengan gas air mata dari semua sisi.
Tidak ada bukti bahwa pendemo Islam telah menimbun senjata di dalam perkemahan, walau media pemerintah Mesir mengklaim itu . Sebaliknya, demonstran Islam yang berkumpul di Masjid Rabaa dan seluruh Kairo hanya menggunakan batu atau serpihan beton untuk dilemparkan ke arah polisi.
Di sore harinya , para Islamis berhasil mendorong barisan polisi cukup jauh untuk membuat akses jalan yang aman untuk sebuah bangunan rumah sakit lapangan di tepi dari perkemahan mereka. Mereka menjadikan mobil sebagai benteng, dan dua barisan panjang para pria dengan batu di tangan ke tangan untuk mencoba membangun barikade baru.
Bagian ini lebih aman kecuali sekitar 20 meter di depan pintu rumah sakit, di mana penembak jitu masih melesatkan peluru menerjang para demonstran. Di waktu yang sama demonstran Islam dari seluruh kotaberusaha memasuki perkemahan, memperkuat jumlah massa bahkan ketika penembakan sniper berlanjut.
Tapi tak lama sebelum Magrib , tentara dan polisi membuat gerakan baru, merebut kendali rumah sakit lapangan dan menghancurkannya termasuk panggung utama yang merupakan inti dari kamp. Para pengunjuk rasa meninggalkan tempat tersebut untuk bersembunyi, kata Morad Ali, juru bicara Ikhwanul Muslimin yang berada di dalam kamp.
Wartawan juga terjebak dalam kekerasan. reporter Sky News Inggris, kata salah satu juru kamera veteran nya, Mick Deane, juga tewas.
Mohamed Soltan, juru bicara demonstran, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa seorang juru kamera yang bekerja dengan para demonstran telah ditembak dan dibunuh oleh penembak jitu saat merekam kejadian di atas panggung.
Televisi pemerintah Mesir berusaha untuk mengelabui publik dunia dengan menyiarkan laporan bahwa kamp-kamp itu sedang dibersihkan “dengan cara yang sangat beradab.” Kemudian, televisi pemerintah menyiarkan gambar kebohongan yang menyiarkan para pendemo Islamis memegang senapan serbu yang diarahkan ke polisi. Suatu fakta yang berkata sebaliknya.
Setelah pertemuan darurat di tengah hari, pemerintah sementara mengeluarkan pernyataan yang memuji pasukan keamanan atas keberanian dan menyalahkan massa Islam atas hilangnya kehidupan orang orang yang gugur .
“Pemerintah akan meminta para pemimpin (Ikhwanul Muslimin) untuk bertanggung jawab penuh atas setiap darah yang tumpah, dan untuk semua kerusuhan dan kekerasan yang terjadi,” kata pernyataan itu.
Pemerintah juga memperbaharui janjinya untuk mengejar roadmap politik berbasis militer untuk masa depan negara itu dengan cara tidak mengecualikan pihak manapun untuk berpartisipasi.” (NY/Dz)