Di sisi lain, ia mengatakan bahwa banyak imam yang mengajar dalam bahasa ibu mereka dan mempraktikkan profesi mereka yang luar biasa setiap harinya. Karena itu, ia justru meminta agar menghargai peran para imam tersebut.
“Akan lebih tepat untuk berterima kasih kepada para imam ini daripada merusak mereka dengan tindakan semu,” tambahnya.
Laporan menunjukkan ada sekitar 2.000 masjid dan pusat Islam di Jerman. Namun demikian, imam dari luar negeri kerap dianggap kurang memahami budaya Jerman.
Sebuah laporan baru-baru ini oleh Konrad Adenauer Foundation, yang terkait dengan partai Kesatuan Demokratik Kristen di bawah Kanselir Angela Merkel, menunjukkan penempatan para imam Turki ke Jerman telah lama menjadi kontroversial.
Hal ini menjadi sangat sensitif sejak kudeta 2016 yang gagal terhadap rezim presiden Recep Tayyip Erdogan. Kala itu, masjid-masjid yang didanai Turki dituduh mengambil peran politik dan menjadi instrumen mata-mata. Uni Islam Turki untuk Urusan Agama, cabang pemerintah Turki, telah mendanai sekitar 900 masjid di Jerman. (rol)