Pemerintahan Tony Blair menghadapi tekanan baru. Ia didesak untuk membekukan ekspor senjata ke Israel menyusul serangan kaum Zionis itu ke Libanon.
Pemimpin kelompok Liberal Demokrat, Sir Menzies Campbell menyerukan agar membekukan semua izin ekspor senjata ke Israel. Apalagi setelah pemerintah Inggris mengungkapkan bahwa penjualan senjata ke Israel tahun ini, meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2005 lalu yang nilainya sekitar 22,5 juta poundsterling.
Ekspor itu meliputi komponen-komponen untuk keperluan pesawat-pesawat militer, komponen peralatan perang dan komponen radar untuk angkatan laut.
Aktivis Inggris itu telah menyerukan agar Inggris menerapkan embargo ekspor perangkat militernya ke Israel. Mereka berargumen, penjualan senjata ke wilayah rawan konflik merupakan pelanggaran atas peraturan penjualan senjata Inggris.
Sir Menzies mengatakan, pembekuan ekspor senjata dibenarkan terkait dengan ‘aksi militer Israel yang tidak proporsional di Libanon dan Gaza’.
Ia menambahkan, "Pemerintah harus memastikan bahwa tidak ada transfer senjata, baik langsung atau tidak langsung, dari Inggris ke Suriah, Iran atau ke kelompok bersenjata ilegal, misalnya sayap militer Hizbullah…. Pemerintah harus mematuhi aturan dan institusi ekspor senjatanya serta sesegera mungkin menghentikan semua ekspor senjata ke Israel."
Lantas apa komentar Blair atas tuntutan tersebut? "Saya tidak akan memberikan komentar apapun atas tuntutan kelompok Liberal Demokrat," katanya.
Di sisi lain, hasil polling yang dilakukan Guardian dan ICM menunjukkan, hampir 2/3 publik Inggris yang menjadi responden survei, tidak setuju dengan hubungan ‘khusus’ Blair dengan Bush.
Dari hasil survei yang dirilis Selasa (25/7), 30 persen responden menyatakan hubungan itu seimbang. Tapi 63 persen menilai hubungan Blair-Bush terlalu dekat. Selain itu, 61 persen responden menilai serangan Israel ke Libanon tidak proporsional. (ln/Islamicity)