Pemenang Nobel, Doris Lessing: Bush Adalah Malapetaka Bagi Dunia

Pemenang Hadiah Nobel bidang kesusasteraan Doris Lessing menyebut Presiden AS George W. Bush sebagai "malapetaka bagi dunia." Menurutnya, Bush adalah pemimpin AS yang berasal dari "kelas sosial yang mendapatkan keuntungan dari peperangan. "

"Semua orang merasa capek dengan orang ini (Bush), entah itu orang yang bodoh atau orang yang sangat pintar sekalipun, " ujar Lessing.

Lessing juga mengatakan bahwa serangan 11 September "tidak terlalu buruk" dibandingkan dengan serangan-serangan yang dilakukan Irish Republican Army (IRA).

Lessing bahkan tidak peduli jika orang-orang Amerika akan menyebutnya gila, dengan penilaiannya itu. "Banyak orang tewas, dua gedung megah runtuh, tapi itu tidak seburuk atau tidak terlalu istimewa, seperti yang ada di pikiran orang-orang, " kata Blessing seperti dilansir surat kabar terbitan Spanyol El Pais, edisi Minggu (21/10).

Ia melanjutkan, "Peristiwa 11 September sangat buruk, tapi jika kita menelusuri kembali sejarah IRA, apa yang terjadi di Amerika Serikat tidaklah lebih buruk. "

Seperti diketahui, serangan 11 September 2001 menyebabkan gedung kembar World Trade Center runtuh dan sekitar 3. 000 orang tewas menjadi korban. Pemerintahan Bush menuding kelompok al-Qaidah sebagai pelaku serangan itu, yang menjadi awal invasi AS ke Afghanistan, kemudian ke Irak dengan dalih perang melawan terorisme.

Sementara IRA adalah kelompok bersenjata di Irlandia Utara yang melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Inggris.

Selain mengecam Bush, pemenang Nobel yang sekarang berusia 87 tahun itu juga mengecam mantan perdana menteri Inggris Tony Blair. Ia menyebut Blair "orang kecil yang suka pamer. " Blair sendiri mengakhiri jabatan perdana menterinya di tengah kecaman keras masyarakat Inggris atas keterlibatannya dengan AS dalam perang di Irak.

Doris Lessing dikenal sebagai penulis Inggris yang banyak menulis tentang feminisme, politik dan sejumlah novel epik, antara lain novel tentang masa kecilnya di Afrika.

Lessing yang memenangkan hadiah Nobel pada 11 Oktober lalu, adalah seorang Marxis. Ia juga dikenal dengan pandangan-pandangan politik yang dianutnya dan dikenal sebagai tokoh yang anti-kolonialisme dan anti-apartheid. (ln/iol)