Serangan bom bunuh diri menewaskan 75 orang, Senin, di kota-kota Irak. Serangan pemboman di Irak itu, terkoordinasi dan berlangsung di 17 kota bagian utara yang merupakan jantung Sunni dan di selatan yang menjadi jantung Syiah.
Serangan yang dahsyat itu sangat mengejutkan dan memiliki tingkat kecanggihan yang luar biasa, di mana menunjukkan al-Qaeda tetap tangguh. Serangan yang sangat terencana itu, kemungkinan akan terus berlanjut lama setelah pasukan Amerika mundur dari negara itu.
"Ini adalah takdir kami," kata Eidan Mahdi, salah satu dari lebih dari 250 warga Irak terluka Senin. Mahdi sedang berbaring di ranjang rumah sakit di selatan kota Kut. Salah satu matanya ditutup ditutup dengan darah yang mengering, dan luka bakar menutupi tangan dan kepala.
Sementara beberapa warga Irak menuntut pengunduran diri dan menyuarakan kemarahan di pejabat keamanan dan Perdana Menteri Nouri al-Maliki.
"Di mana pemerintah dengan ledakan di seluruh negeri? Mana al-Maliki? Kenapa dia tidak datang untuk melihat?" kata Ali Jumaa Ziad, seorang pemilik toko Kut. Ziad membersihkan potongan daging manusia dari lantai tokonya.
Bom meledak di sebuah pagi yang panas dan cerah, karena orang-orang menuju ke tempat kerja. Alat peledak ditanam di rompi penyerang bunuh diri, dalam mobil yang di parkir, di sepanjang sisi jalan dan bahkan di tiang lampu.
Ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab, tetapi serangan simultan, penargetan warga sipil Syiah dan pasukan keamanan Irak dan penggunaan bom bunuh diri menunjukkan bahwa al-Qaida di Irak bertanggung jawab.
Kelompok mampu melakukan serangan bagitu luas, dan mencakup setengah dari 18 provinsi Irak, sebagai serangan yang mengejutkan.
Lebih dari setahun yang lalu, para pejabat AS dan Irak mengatakan kematian al-Qaeda di Irak. Karena dua pemimpin puncak berhasil ditewaskan, dan ini merupakna pukulan yang berat untuk organisasi. Kelompok ini telah menderita penurunan dalam pendanaan, dan pekan lalu menyerukan mantan anggota kembali melaukan gerakan serangan pemboman.
"Al-Qaida di Irak sekarang membuat pengaruh besar, dan mengganggu proses politik internal Irak dan mengirim pesan kepada Amerika, yang mengaskan al-Qaeda di Irak belum mati," ujar Theodore Karasik, ahli keamanan Timur Tengah di Dubai dari Institut Analisis Timur Tengah dan Teluk Militer.
Kekerasan setelah para pejabat Irak mengatakan mereka akan membicarakan dengan AS, yang menyangkut masa depan pasukan AS di Irak. Karena kemungkinan pasukan AS masih akan tetap di Irak,sampai batas waktu 31 Desember. Para pejabat AS telah menawarkan untuk menyisakan sekitar 10.000 dari 46.000 tentara Amerika saat ini, hingga tahun depan.
"Jika AS memperluas kehadiran militernya, Al-Qaeda di Irak dapat menggunakannya sebagai alat dengan mengatakan, ‘Lihat, pasukan Amerika telah mengkhianati keputusan mereka untuk pergi, dan tinggal sebagai penjajah." Mereka bisa menggunakan ini sebagai pembenaran untuk serangan lebih lanjut, "kata Karasik.
Joost Hiltermann dari International Crisis Group mengatakan serangan tersebut kemungkinan akan terus berlanjut, apakah pasukan Amerika mundur, karena penduduk Sunni masih merasa terancam oleh pemerintah yang dipimpin Syiah Irak. (mas/tm)