Masih menolaknya negara-negara barat dalam membantu pemberontak Suriah dengan mempersenjatai mereka, membuat pemberontak di kota Aleppo mengancam bahwa mereka bisa beralih dengan meminta bantuan kepada Al-Qaidah.
“Kami tidak ingin Al-Qaidah di sini, tetapi jika tidak ada orang lain yang membantu kami, kami akan membuat aliansi dengan mereka,” kata Abu Ammar, seorang komandan pemberontak di Bab al-Nasr distrik Aleppo, tempat pertempuran berkecamuk hampir sebulan.
“Dan Anda bisa bertaruh jika Al-Qaidah datang ke sini, mereka akan mencuci otak rakyat,”ujarnya. “Jika Al-Qaidah memasuki Aleppo, kota ini akan menjadi basis mereka dalam waktu tiga bulan.”
Oposisi Suriah telah sering menyerukan kepada komunitas internasional untuk bertindak menghentikan kampanye Presiden Bashar al-Assad dalam melakukan penindasan terhadap pemberontakan damai yang kini menjadi pemberontakan bersenjata.
Pemberontak Suriah juga menyerukan diterapkannya zona larangan terbang yang mirip dengan yang diterapkan PBB di Libya tahun lalu, atau penyaluran senjata kepada Tentara pembebasan Suriah.
Laporan Departemen Luar Negeri AS bulan lalu mengatakan Al-Qaidah cabang Irak diyakini memperluas jangkauannya ke Suriah untuk mencoba untuk mengeksploitasi pemberontakan.
Jumlah pejuang Al-Qaidah di Suriah diyakini kecil, koordinator Departemen Luar Negeri AS untuk kontraterorisme, Daniel Benjamin, mengatakan.
“Tapi ada kelompok yang lebih besar yang terdiri dari pejuang asing, banyak dari mereka yang tidak langsung berafiliasi dengan Al-Qaidah, namun mereka menuju ke Suriah. Dan jelas, ini adalah masalah yang menjadi perhatian bagi semua yang khawatir akan kekerasan lebih besar terjadi di Suriah.
Wartawan AFP di Aleppo mengatakan bulan lalu ia melihat pejuang asing yang mengaku dari negara beragam seperti Aljazair, Chechnya, Perancis dan Swedia datang untuk bergabung dengan kelompok pemberontak Suriah, Brigade Tauhid.(fq/afp)