Pemberontak Iran Memperingati Revolusi 1979

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan bahwa Teheran tidak akan menegosiasikan perselisihan program nuklir di bawah tekanan.

Ratusan ribu orang berbaris melewati ibukota Iran serta kota-kota lain sambil meneriakkan “Kematian Amerika” saat Iran memperingati perayaan 34 tahun revolusi Islam yang menumbangkan Amerika, yang dipimpin oleh Shah.

Di Teheran, masyarakat melambaikan bendera Iran beserta foto pemimpin revolusioner, Ayatollah Ruhollah Khomeini sambil berjalan menuju Azadi Square (Alun-Alun Kebebasan), dalam rally yang disponsori oleh pemerintah hari Minggu kemarin.

Mereka juga menyerukan “Kematian Israel” saat menuju alun-alun tersebut, sebagian mengibarkan poster pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Di sana Presiden Mahmoud Ahmadinejad menyampaikan bahwa Iran sekarang adalah “negara nuklir” serta menambahkan bahwa negara-negara Barat menghalangi kesungguhan reformasi pada negara tersebut.

“Iran telah menjadi nuklir, maka para musuh Iran tidak senang,” katanya kepada masyarakat.

Iran juga menggelar aksi serupa secara nasional, khususnya pada provinsi-provinsi ibukota seperti Mashhad, Isfahan, Shiraz dan Kerman.

Dalam aksi di Teheran, media asing memantau secara dekat dan diizinkan meliput acara tersebut hanya dalam area-area yang resmi ditunjuk.

Aksi ini memperingati tanggal 11 Februari ketika tentara menyatakan solidaritasnya dengan masyarakat, berbalik mendukung Shah Mohammad Reza Pahlavi. 10 hari sebelumnya, Khomeini kembali dengan kemenangan, setelah diasingkan di Prancis, untuk memimpin para revolusioner untuk berjuang.

Teheran saat ini sedang mendapatkan serangkaian saksi internasional, yang bertujuan membatasi program kontroversial nuklir dengan memperkaya uranium.

Kekuatan dunia dan musuh utama Iran, Israel, menduga bahwa Teheran berusaha mengembangkan senjata atom di balik program kemasyarakatannnya; sebuah ungkapan yang berulang kali sangat disangkal oleh negara republik Islam tersebut.

Sanksi tersebut telah mengakibatkan krisis ekonomi yang sangat serius, mengganggu sistem bank  dan membatasi ekspor oil Iran, sumber devisa utama negara tersebut.

Menurut sebuah survei yang dilakukan lembaga survei AS – Gallup, program nuklir Iran didukung oleh mayoritas populasi negara tersebut. (DS/Al-Jazeera)