Montreuil sebuah wilayah pinggiran kota Paris menawarkan berbagai macam study berkaitan dengan imigrasi di Perancis. Disana terdapat supermarket milik orang Asia dan restoran kebab Arab. Para wanita yang menggunakan kerudung dan beragam perpaduan warna warni pakaian wanita Afrika berbaur dengan penduduk Perancis yang menggunakan pakaian barat.
Keanekaragaman ini dapat dilihat di komunitas masyarakat Muslim yang berjumlah 12.000 di Montreuil. Komunitas ini berasal dari Utara dan pinggiran Sahara Afrika, yang mewakili sekitar 20 persen dari penduduk kota.
Islam sendiri adalah agama kedua yang terbesar di Eropa. Namun dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat Muslim Eropa mendapat penentangan dari beberapa anggota Uni Eropa akibat dari usaha mereka untuk membangun Masjid.
Muhammad Abdulbaki sebagai wakil presiden dari Federasi Kebudayaan Muslim Montreuil – merupakan payung dari organisasi yang berencana membangun sebuah masjid untuk kota tersebut, memperlihatkan kepada seorang pengunjung rancangan bangunan masjid yang akan mereka bangun yang bernilai sekitar 2,7 juta dollar.
Namun rencana pembangunan masjid bisa berakhir gagal, setelah bertahun-tahun perjuangan panjang untuk mewujudkan berdirinya masjid tersebut. Pada tahun 2003 seorang penasehat kota dari partai politik sayap kanan melakukan gugatan hukum atas sewa tempat untuk pembangunan masjid itu, karena dianggap melanggar undang-undang Perancis tahun 1905 yang memisahkan urusan Gereja dengan Negara.
Abdulbai mengatakan bahwa banyak umat Islam akhirnya takut untuk berinvestasi untuk pembangunan masjid karena mendengar adanya kasus ini. Namun sekarang, katanya, masyarakat muslim telah dapat mengumpulkan sekitar seperempat dari biaya pembangunan masjid itu.
Seperti masyarakat Muslim yang berada di tempat lain di Eropa, tempat ibadah umat Islam di Montreuil sudah dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi sangat kecil. Mahamadou Nimaga – presiden dari federasi Muslim mengatakan bahwa mereka menginginkan sebuag bangunan peribadatan yang besar, sebuah masjid resmi lengkap dengan menaranya untuk mengakomodasi pertumbuhan umat Islam yang semakin hari semakin bertambah disana.
Nimaga juga mengatakan bahwa proyek pembangunan masjid ini sudah mempersatukan berbagai macam komunitas Muslim Montreuil, ada yang berasal dari Mesir, Mali dan Komoro. Dan hal ini malah mempersatukan warga kota. Para pimpinan dari agama Yahudi dan Kristen bergabung bersama komunitas Muslim untuk berjuang terwujudnya pendirian masjid. Bahkan walikota telah menyumbangkan uangnya sekitar 700 dollar bagi proyek tersebut.
Beberapa alasan ketakutan terhadap proyek pembangunan masjid, karena dikhawatirkan dana dari luar negeri yang masuk ke proyek tersebut akan digunakan oleh kelompok Islam ekstrim. Sebagian lagi beralasan bahwa tempat ibadah umat Islam tidak mempunyai tempat dalam sejarah umat kristen, meskipun Eropa adalah sekuler.
Di London lebih dari 250.000 masyarakat menandatangi petisi sejak dua tahun yang lalu untuk menentang pembangunan masjid yang mereka sebut "Mega-Masjid" di dekat lokasi olimpiade 2012 akan berlangsung. Para pengkritik juga memprotes rencana pembangunan sebuah masjid utama dekat sebuah gereja Gothic di Cologne Jerman.
Di Italia liga partai anti imigran telah melakukan lobi-lobi untuk membekukan semua pembangunan masjid yang mereka tuduh akan menjadi sarang teroris. Dan di Switzerland sebuah komite telah mengumpulkan cukup tanda tangan untuk mengadakan referendum tentang larangan pembangunan menara masjid.
"Setiap orang di Switzerland mempunyai hak untuk datang dan beribadah di rumah ibadah khusus, kristen di gereja, muslim di Masjid, Yahudi di Sinagog. Kebebasan beragama tidak menjadi masalah di sini. Permasalahannya adalah Syariah Islam yang hidup dalam masyarakat Islam berkontradiksi dengan hak-hak masyarakat Swiss," kata salah seorang tokoh Switzerland.(fq/voa)